May 12, 2008

Sukacita yang Membawa Kematian

Yesus Kristus bersabda, “Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur” (Matius 5:4). Dukacita yang dimaksud Yesus adalah duka yang secara spesifik mengacu kepada dosa. Implikasi dari pernyataan tersebut adalah “Celakalah mereka yang bersukacita – di dalam dosa!” Jika Kristus mencucurkan darahNya diatas kayu salib karena dosa, betapa celaka mereka yang tertawa kegirangan dalam dosa-dosa mereka. Kepada orang menertawakan dosa, “Allah berkata bahwa aku akan menertawakan celakamu” (Amsal 1:24-27)

Hati orang-orang yang sedemikian adalah ‘hati yang sekeras batu’ (Yehezkiel 11:19). Hati yang membatu tidak akan memiliki sensitivitas terhadap dosa. Hati yang sedemikian adalah hati yang kebal, yang mati rasa. Hati yang tidak pernah meratapi dosa. Orang yang berhati batu saat ia berbuat dosa tidak akan merasa ia telah berdosa. Karena ia tidak sensitif terhadap dosanya sendiri dan luapan amarah Allah terhadapnya. Hati yang keras selalu menentang suara Roh Kudus dalam hatinya untuk bertobat. Salah satu tanda yang paling jelas bahwa manusia itu adalah orang berdosa adalah bahwa ia tidak sadar akan dosanya, demikian tulis Martin Luther.

Inilah beda antara batu ginjal dan batu hati. Kalau ginjal kita ada batunya, maka kita akan merasa sakit, kenyerian yang luar biasa, sehingga kita akan segera meminta ahli bedah untuk mengoperasi dan mengeluarkan batu tersebut. Itu ginjal yang membatu. Tetapi kalau hati kita yang membatu, maka kita tidak akan merasakan apa-apa. Tidak akan pernah menyadari bahwa sepanjang hidupnya ia telah berdosa kepada Allah yang suci.

Hati yang sedemikian hanya akan membuahkan “murka dan geram” daripada Allah (Roma 2:8), dan hanya berfungsi untuk satu hal: Menjadi bahan bakar api neraka. Satu tanda yang paling jelas bagi mereka yang berdosa adalah orang tersebut tidak sadar akan dosanya sendiri.

Itu sebabnya hati yang keras adalah hukuman yang paling mengerikan yg Allah limpahkan kepada manusia di dunia. Orang yang melakukan dosa yang sangat menjijikkan sekalipun kalau ia dapat berdukacita dan menyesalinya dosanya, ia berada dalam kondisi yang jauh lebih baik daripada orang yang melakukan dosa-dosa yg kecil, yg sepele, namun hatinya keras seperti batu dan ia tidak pernah sadar ia berdosa. Kesadaran akan dosa inilah yang membedakan kekekalan yang akan mereka hadapi: Sukacita kekal surga atau dukacita kekal neraka.

Jika bukan Tuhan yang beranugerah menghancurkan batu dalam hati kita, kita sedang berjalan kepada kematian kekal. Itu sebabnya penulis kitab Ibrani menulis: ”Pada hari ini jika kamu mendengar Suara-Nya, jangalah keraskan hatiMu.

Anda berkata, saya tidak perlu meratapi dosa saya karena saya orang yang hidup bermoral baik. Kalau itu yang kita pikir cukup dihadapan Allah, ratapilah karena Anda cuma bermoral baik, karena orang Farisi juga hidup sedemikian. Dan Yesus berkata kepada mereka dalam Matius 23: CELAKALAH KAMU! Celakalah kamu dengan moralitas hidupmu yang baik di hadapan manusia, yang membuat engkau merasa cukup suci, cukup saleh untuk mendapatkan pengampunan dan perkenan Allah.

Berbahagialah kita yang meratapi dosa kita di bumi, karena kita tidak perlu meratapinya di neraka. Berbahagialah kita yang meratapi dosa kita di dunia, dan bersuka cita di surga. Celakalah kita yang bersukacita atas dosa kita di dunia dan meratapinya di neraka untuk selama-lamanya dalam kekekalan.

No comments: