Sep 30, 2008

Carson on Tolerance

A quote on the shifting understanding of the notion of tolerance from Dr D.A. Carson's paper "Maintaining Scientific and Christian Truths in a Postmodern World":
It used to be that tolerance was the virtue of the person who held strong views about something or other, but who insisted that those who disagreed had an equal right to defend their views – the sort of stance picked up in the slogan, 'I may detest your opinions, but I shall defend to the death your right to speak them.' Today, however, tolerance is the virtue of the person who holds no strong views, except for the strongly held view that it is wrong to hold strong views, or to indicate that someone else might be wrong

Carson on Five Church Trends

Dr D.A. Carson recently gave a talk at Bethlehem Baptist Church on Friday September 26, 2008 on five trends in the church of today that we need to be aware of. Here are the five trends:
1. It is important to observe contradictory trends.
2. Current evangelical fragments are moving into a new phase -- into polarized "clumps."
3. The most dangerous trends in any age are the trends that most people do not see.
4. There is a trend in our churches to be consumed by social concern.
5. There is a trend in our churches to emphasize discipleship over the gospel.

The more elaborate note can be found here.

Sep 29, 2008

Tentang Divorce & Remarriage (bag. 2)

Meneruskan posting terakhir tentang topik Divorce and Remarriage...

Point yang paling sulit adalah point yang terakhir yg saya sampaikan dalam kotbah, yaitu PERCERAIAN YANG DISEBABKAN OLEH PENYELEWENGAN SEKSUAL / ZINAH PUN JUGA BUKAN SEBUAH ALASAN UNTUK PERNIKAHAN ULANG (REMARRIAGE)

Khususnya karena saya menyadari bahwa point ke-4 tsb berbeda dengan posisi yang dipegang oleh gereja induk tempat saya melayani, Scots Church, dan Presbyterian Church Australia yang didasari oleh Westminster Confession of Faith article XXIV no 5. Itu sebabnya saya menyatakan kepada jemaat (dan harus menyatakan hal tsb) bahwa setelah melalui studi, diskusi, dan doa, saat ini saya tidak dapat dengan hati nurani yang murni atas dasar kitab suci menerima posisi yang ada dalam Westminster Confession of Faith. Saya juga menyampaikan pada posisi teologis yang saya pegang tidak mewakili posisi jemaat Indonesia dari Scots Church. Namun saya mencoba dalam waktu singkat memberikan beberapa argumen mengapa saya memegang posisi tersebut (meski tetap seluruh kotbah hampir 1 jam...jemaat Indo ini memang sudah terlatih untuk sabar menderita mendengar kotbah panjang).

Yang menjadi inti perdebatan teologis adalah pihak yang tidak bersalah dalam sebuah kasus perceraian (entah itu si suami atau si istri) karena partner mereka main gila. Mari kita lihat contoh kasusnya. Kedua kasus ini sama, bedanya hanya dalam kasus ke-1 pihak wanita yg menyeleweng, dan dalam kasus ke-2 pihak pria yg menyeleweng.

Kasus 1:
BUDI menceraikan WATI karena WATI melakukan PENYELEWENGAN SEKSUAL
WATI sudah berbuat ZINAH, terlepas dia menikah lagi atau tidak.
BUDI MENIKAH lagi, ia BEBAS menikah lagi ---- (APAKAH INI ALKITABIAH??)

Kasus 2:
BUDI menceraikan WATI karena BUDI melakukan PENYELEWENGAN SEKSUAL
BUDI melakukan ZINAH, terlepas dia menikah lagi atau tidak.
WATI BEBAS menikah lagi ------ (APAKAH INI ALKITABIAH???)

Dalam kedua kasus diatas, ada pihak yang bersalah (yang menyeleweng) dan ada pihak yang tidak bersalah.

Kalau pihak yang menyeleweng, tentu mereka sudah jelas tidak lagi boleh menikah ulang karena mereka telah berzinah.

Bagaimana dengan pihak yang tidak bersalah, yaitu Budi (dalam kasus ke-2) dan Wati (dalam kasus ke-3)? Apakah Alkitab memperbolehkan, memberi ruang untuk mereka menikah lagi?

Menurut pandangan mayoritas orang-orang Injili dan Reformed, pihak yang tidak bersalah boleh menikah lagi. Jadi ini sebabnya di banyak gereja Reformed/Presbyterian, termasuk Scots Church, mereka menikahkan orang-orang yang pernah cerai karena partner mereka menyeleweng.

Ini adalah posisi Presbyterian Church Australia selaras dengan Westminster Confession of Faith yang menyatakan di artikel XXIV, nomer 5 sebagai berikut:
“Adultery or fornication committed after a contract, being detected before marriage, giveth just occasion to the innocent party to dissolve the contract. In the case of adultery after marriage, it is lawful for the innocent party to sue out a divorce and, after the divorce, to marry another, as if the offending party were dead.”
Dengan kata lain, posisi ini mengajarkan bahwa dari pihak yang tidak bersalah BOLEH menikah lagi karena dapat menganggap bahwa pihak yang bersalah seakan-akan telah mati. ‘Kalimat perkecualian’ dalam Mat 19:9 dan Mat 5:32 itu berlaku baik untuk perceraian dan sekaligus untuk pernikahan lagi. Hampir semua penafsir memegang pandangan ini: John Murray, Knox Chamblin, John Stott, Martin Llyod-Jones, A.T. Robertson, Matthew Poole.

Tetapi saya pribadi sampai hari ini berpendapat bahwa PERNIKAHAN ULANG pihak yang tidak bersalah pun TIDAK DIBENARKAN di dalam Alkitab.

Jadi pandangan saya adalah: Allah melarang perceraian, kecuali ada penyelewengan seksual. Tetapi dalam kasus itupun, Allah tidak meyetujui pernikahan ulang. Pandangan ini berpendapat bahwa ‘kalimat perkecualian’ dalam Mat 19:9 dan Mat 5:32 itu hanya berlaku untuk ‘perceraian’, tetapi tidak berlaku untuk ‘pernikahan lagi’ (re-marriage).

Berikut DUA argumentasi utama yang saya kemukakan mendukung posisi tersebut:

A. Pernikahan itu sekalipun dapat secara hukum dan diatas kertas dibubarkan oleh manusia, di mata Allah penikahan tersebut tetap masih berlaku sampai Allah sendiri yang membubarkannya melalui kematian (Matius 19:6; Markus 10:9-11; Matius 5:32; Lukas 16:18). Perhatikan bahwa KLAUSA PERKECUALIAN yang muncul dalam Matius 5:32 dan Mat 19:9 TIDAK ADA dua bagian Injil yang lain (Luk 16:18 dan Markus 10:9-11). Kedua bagian tersebut dengan jelas menyatakan bahwa segala remarriage setelah perceraian adalah perzinahan, terlepas apakah sang suami atau istri yang menceraikan.

Bahwa kematian sajalah yang mengakhiri sebuah pernikahan dapat kita lihat dalam Roma 7:1-3 dan 1 Kor 7:39:
Romans 7:1-3 Or do you not know, brothers —for I am speaking to those who know the law—that the law is binding on a person only as long as he lives? For a married woman is bound by law to her husband while he lives, but if her husband dies she is released from the law of marriage. Accordingly, she will be called an adulteress if she lives with another man while her husband is alive. But if her husband dies, she is free from that law, and if she marries another man she is not an adulteress.

1 Cor 7:39 A wife is bound to her husband as long as he lives. But if her husband dies, she is free to be married to whom she wishes, only in the Lord
Bahkan Paulus lalu berpendapat bahwa setelah ditinggal mati pasangannya pun, meski bebas menikah lagi, menurut Paulus lebih baik tidak menikah lagi: "But if her husband dies, she is free to be married to whom she wishes, only in the Lord. 40 Yet in my judgment she is happier if she remains as she is. And I think that I too have the Spirit of God." (1 Cor 7:39-40)

Bagi saya sulit sekali untuk melihat ayat-ayat ini dengan interpretasi yang berbeda.

B. Anugerah dan kuasa Allah cukup untuk memampukan pihak yg tidak bersalah dalam perceraian untuk tetap menjadi single sepanjang sisa waktu hidupnya di dunia (Matius 19:10-12,26; 1 Korintus 10:13),

Kesulitan kita adalah pendapat dan tekanan sosial dari pihak orang tua dan masyarakat kalau kita berada di pihak yg tidak bersalah dan tidak menikah lagi. "Wah, bodoh itu namanya kalau masih muda tidak mau kawin lagi", "Lho, nanti bagaimana anaknya kalau tidak ada papa / mama, jadi mesti kawin lagi baiknya", "Aduh, kalau tidak kawin lagi nanti malah sulit khan, belum lagi jadi bahan gunjingan orang" Dan seterusnya...

Komentar-komentar yg mungkin bermaksud baik diatas dibangun atas sebuah asumsi dasar: Bahwa hidup menikah itu lebih ideal, lebih bahagia, lebih diberkati daripada hidup single. Ini tentu asumsi yang salah. Pertama, kebahagiaan hidup tidak berasal dari pernikahan. Kebahagiaan hidup tidak berasal dari punya anak. Kebahagiaan hidup berasal dari ketaatan terhadap kehendak Allah. Kedua, Paulus tidak pernah menulis bahwa menikah itu lebih 'rohani' ketimbang single. Malah sebaliknya, ia menulis bahwa hidup single itu lebih baik BILA (dan HANYA BILA) itu menjadi sebuah karunia khusus. "I wish that all were as I myself am" (1 Kor 7:7).

Bagaimana pendapat Anda?

Sep 28, 2008

Tentang Divorce & Remarriage

Selama sebulan terakhir saya bergumul tentang topik Remarriage (pernikahan ulang). Tentu bukan karena alasan pribadi (saya mau menikah lagi...), tetapi karena alasan kotbah (karena saya kotbah eksposisi tiap Minggu dan 2 minggu lalu sampai kepada Matius 5:31-32 tentang Perceraian dan Pernikahan Ulang).

Namun topik ini menjadi sebuah concern yg mendalam bagi saya karena hari ini tingkat perceraian tidak berbeda antara orang Kristen dan orang non-Kristen. Yaitu sekitar 50% pernikahan berakhir dalam perceraian. Yang paling membuat saya gentar adalah bahwa dari perceraian anak-anak Tuhan itu, banyak sekali yg terjadi diantara pasangan-pasangan muda yang menikah dibawah 10 tahun !!

Teks Alkitab yang relevan tentang hal ini (dan seluruh teks ini perlu diteliti agar dapat menarik pemahaman yang akurat sesuai prinsip penafsiran Scripture interprets Scripture:
- Matius 5:31-32
- Matius 19:3-10
- Ulangan 24:1-4
- Lukas 16:18
- Markus 10:11-12
- 1 Korintus 7, khususnya 7:10-16, 38-39
- Roma 7:1-3

Setelah berminggu-minggu mempersiapkan kotbah tersebut (karena saya mencoba membaca, merenung, mendengar berbagai kotbah, dan berdiskusi dengan beberapa hamba Tuhan), saya akhirnya menyampaikan 4 point:
1. Divorce violates God's pre-Fall design of marriage.
2. Divorce was permitted if and only if there is fornification (porneia) involved as it destroys the marital bond.
3. Divorce is not a license to remarry.
4. Divorce in cases of porneia also is not a license to remarry.

Dalam posting kali ini saya akan mencoba membahas terlebih dahulu point 1-3, karena point 4 menjadi point yg tersulit dan terpanjang. Kita bahas satu per satu point 1-3:

(1) Perceraian melanggar design Allah ttg pernikahan sebelum kejatuhan

Pertanyaan orang Farisi dalam Matius 19 bertujuan menjebak Tuhan Yesus baik secara teologis maupun politis. "Apakah seorang boleh menceraikan istrinya dengan alasan apa saja?" Tuhan Yesus menjawab dengan mengembalikan pada inti pernikahan. Orang Farisi bertanya tentang perceraian, Tuhan kita menjawabnya dengan membahas pernikahan. Mengapa? Karena segala bentuk perceraian adalah ‘unlawful’. Karena desain awal pernikahan Allah-lah yang menyatukan dua manusia menjadi satu daging, sehingga tidak dapat diceraikan oleh manusia (Kej 1:27, Kej 2:24). Tujuan pemberian surat cerai dalam kitab Ulangan 24:1-4 bukan untuk membenarkan perceraian, tapi karena dosa manusia. Orang Farisi menunjuk kepada kitab Ulangan, Yesus menunjuk kepada kitab Kejadian, mengembalikan pada desain Allah semula, sebelum dosa masuk.

(2) Perceraian diijinkan bila dan hanya bila terjadi perzinahan, karena perzinahan menghancurkan ikatan pernikahan.

Ada dua kata yang untuk kata ‘zinah’: ‘porneia’ (untuk klausa perkecualiannya) yaitu setiap tindakan amoral [porno], seperti homosexual/lesbian yang sejenis, dan ‘moichao’ yang berarti berzinah. Porneia merupakan alasan serius perceraian, karena berzinah berarti kedua manusia menjadi satu tubuh sehingga akibatnya telah menghancurkan ikatan pernikahan yang ada. Ini kita dapat lihat jelas dalam 1 Kor 6:16 - “Atau tidak tahukah kamu, bahwa siapa yang mengikatkan dirinya pada perempuan cabul, menjadi satu tubuh dengan dia? Sebab, demikianlah kata nas: ‘Keduanya akan menjadi satu daging." Ayat Ini menunjukkan bahwa perzinahan menghancurkan ikatan pernikahan. Karena itulah perzinahan menjadi alasan satu-satunya yang diijinkan Allah untuk bercerai, namun pada mulanya tidaklah demikian, bukan kehendak-Nya.

(3) Perceraian bukan alasan untuk pernikahan ulang.

Untuk memudahkan kita mengerti point ke-3 ini, mari kita lihat contoh kasus berikut (saya memakai nama fiktif Budi-Iwan-Wati karena semasa SD seingat saya ketiga nama ini sangat populer di semua buku pelajaran saya):

BUDI menceraikan WATI. TIDAK ADA PENYELEWENGAN SEKSUAL
WATI lalu menikah lagi dengan IWAN. Maka WATI melakukan ZINAH, demikian juga IWAN.
BUDI menikah lagi, ia melakukan ZINAH.

Perzinahan dilakukan oleh baik oleh si pria maupun wanita. Mat 5:32 mencatat Yesus berkata "Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah." Mengomentari frase "Ia menjadikan istrinya berzinah", John Calvin menulis: “the man who, unjustly and unlawfully, abandons the wife whom God had given him, is justly condemned for having prostituted his wife to others.” Jadi karena perceraian tersebut tidak dipicu oleh karena penyelewengan seksual (mungkin terjadi karena alasan-alasan spt tidak ada lagi cinta, sering ribut, dst), maka perceraian itu menjadi perzinahan karena kedua pihak biasanya bercerai untuk kemudian menikah kembali.

Frase berikutnya “dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah" jelas berarti bahwa pernikahan ulang dengan seorang pria atau wanita yang pernah cerai BUKAN karena alasan penyelewengan seksual adalah dosa karena itu juga sebuah perzinahan.

Mat 5:31-32 menunjukkan bahwa pada waktu seseorang menceraikan istri, maka hal itu memberikan peluang bagi dia untuk berzinah, karena di mata Allah, pernikahan bubar hanya apabila salah satu dari pasangan itu meninggal. I Kor 7:10-11 merupakan perintah Tuhan agar seorang istri tidak boleh menceraikan suaminya, dan jika ia bercerai ia harus hidup tanpa suami, atau mencoba hidup berdamai atau berekonsialiasi:
To the married I give this charge (not I, but the Lord): the wife should not separate from her husband 11 (but if she does, she should remain unmarried or else be reconciled to her husband), and the husband should not divorce his wife.
Point ke-4 akan saya bahas dalam posting berikut...

Cameron: "I'll Only Kiss My Wife"

A new movie Fireproof by Kirk Cameron (the trouble maker in the old fave Growing Pains) is soon to be released. In the movie, however, he has to kiss the actress playing his wife, which he refused to do. “I have a commitment not to kiss any other woman" was cited as the reason. Read his interview transcript and movie clip in this MSNBC site.

Sep 22, 2008

"Don't waste two lives": Reel Lesson from Iron Man

When the main character in this movie, Tony Stark, a multibillionaire hi-tech weapon genius, was captured by the bad guys, he was befriended by a scientist called Yinsen who saved Stark not once but twice. After taking a bullet for Stark when they were trying to escape the cave prison, Yinsen was badly wounded. Their last encounter were marked with these deep words:
Tony Stark: We gotta go. Come on, move with me. We got a plan, and we're going to stick to it.
Yinsen: This was always the plan, Stark.
Tony Stark: Come on, you're going to go see your family again.
Yinsen: My family's dead. I'm going to see them now, Stark. It's okay. I want this.
Yinsen: [to Stark after Stark thanks him for saving his life] Don't waste two lives.
After that last line, Yinsen had his last breath. But the message "don't waste two lives" forever changed Stark. He became a new person, radically changed his life orientation. And so should we, those of us who have been saved by our redeemer, Christ Jesus, who died on the cross so that we can be dead to our old sinful nature, and live the life he lived. When we live our lives the same way with no conscious, continuous struggles to model it after Jesus', we live as if we have wasted Jesus' sacrificial death for us.

Sep 21, 2008

Injil bukan ABC, tetapi A-Z Hidup Kristiani

Dulu saya berpikir bahwa berita Injil itu hanya berlaku untuk orang yang belum Kristen (dan mungkin orang Kristen bayi alias petobat baru). Sementara orang Kristen yang mau bertumbuh dalam Kristus harus makan makanan rohani yang keras (yang bukan Injil), yaitu doktrin-doktrin yang sulit. Salah satu theologian-pastor Reformed kontemporer favorit saya, Dr Tim Keller, menolong saya untuk mengerti bahwa semua orang Kristen perlu terus bertumbuh dalam Injil. Berikut kutipan dari salah satu kotbahnya The Prodigal Sons tentang Injil:
"...'the gospel' is not just a way to be saved from the penalty of sin, but is the fundamental dynamic for living the whole Christian life--individually and corporately, privately and publicly. In other words, the gospel is not just for non-Christians, but also for Christians. This means the gospel is not just the A-B-C's but the A to Z of the Christian life. It is not accurate to think 'the gospel' is what saves non-Christians, and then, what matures Christians is trying hard to live according to Biblical principles. It is more accurate to say that we are saved by believing the gospel, and then we are transformed in every part of our mind, heart, and life by believing the gospel more and more deeply as our life goes on." - Tim Keller

Sep 16, 2008

Gambaran riil kemiskinan Indonesia

Membaca berita dan foto ini di Kompas.com sungguh menyesakkan hati. Hanya karena ingin mendapat Rp 20.000 (sekitar AUD$2.5) dari Zakat yang dibagi-bagikan oleh seorang haji dari total jumlah zakat sebesar 50 juta rupiah, ribuan fakir miskin di Pasuruan yang mayoritas para ibu tersebut berebut tak mau ketinggalan. Hasilnya, ada 21 ibu tewas karena jatuh pingsan, lalu tergencet, tertindih, dan terinjak-injak.

Berikut beberapa cuplikan berita dari Kompas ttg penyebab tragedi tsb:
Pada tahun-tahun sebelumnya pembagaian zakat dilakukan dengan cara membuat antrean melewati sebuah pematang selokan, kemudian Hanifah Hasan, istri Soikhon, yang duduk di sudut gang memberikan uang zakat kepada warga. Oleh karena itu, hampir setiap tahun adegan warga jatuh ke selokan selalu terjadi.

Kali ini pembagaian zakat dipersiapkan lebih rapi. Warga calon penerima zakat dikumpulkan dalam satu gang. Warga yang akan ikut antre juga telah diberi jadwal pada pukul 09.30 harus sudah masuk ke gang karena tepat pukul 10.00 pembagian segera dimulai dan berakhir pada pukul 12.00. Sementara itu, bagi mereka yang datang terlambat tidak diperkenankan lagi memasuki gang yang telah ditutup dengan pagar bambu. Agaknya pengumpulan warga pada sebuah gang yang tertutup dengan maksud agar lebih tertib justru mengundang bencana.

Warga yang telah masuk gang tidak bisa lagi keluar masuk, termasuk warga yang telah jatuh pingsan akibat terlalu lama antre juga tidak diperkenankan keluar lagi. Kondisi warga yang telah lelah antre semakin buruk akibat saling desak dan dorong untuk berebut ke satu pintu pembagian zakat di halaman mushala yang dibuka untuk sekadar cukup masuk satu orang.

Derasnya dorongan dari arah timur, barat, dan utara menuju ke pintu mushala membuat gerakan tak normal. Lautan warga yang berdesak-desakan itu akhirnya ambruk ke utara, tetapi dorongan warga dari arah timur dan barat tetap terus merangsek ke pintu mushala, akibatnya warga yang telah jatuh dan tertumpuk tidak bisa bangun dan terus terinjak-injak.

Kejadian tersebut berlangsung sekitar seperempat jam setelah pembagian zakat dimulai. Meski mengetahui sejumlah warga telah jatuh, warga lain dari arah timur dan barat terus merangseknya, sedangkan pintu mushala tidak juga dibuka karena panitia ketakutan kewalahan jika warga masuk dengan jumlah banyak. Kondisi tersebut membuat warga yang jatuh tertumpuk dan terinjak-injak semakin kehabisan napas dan pingsan di lokasi kejadian. Sementara itu, pembagian zakat masih terus berlangsung dengan antrean hanya satu per satu orang. Antrean pembagian zakat baru berhasil dibubarkan setelah dua SST polisi datang sekitar pukul 11.00. Polisi datang terlambat, sejumlah korban telah tewas, luka-luka, dan pingsan.
Kejadian memilukan ini dialami first-hand oleh para wartawan yg sedang meliput sbmana diberitakan Kompas:
Tidak heran bila sejumlah wartawan yang meliput pembagian zakat bagi ribuan fakir miskin dari Haji Soikhon ikut larut dalam emosi. Mereka tidak tega melihat peristiwa memilukan yang membuat air mata menetes, bahkan menangis tersedu tanpa disadari.

Wartawan juga manusia, itulah gambarannya. Berbagai perasaan bercampur aduk, mulai dari rasa tidak tega melihat penderitaan fakir miskin yang terdesak hingga tewas disertai perasaan marah melihat kemiskinan yang begitu luas sebagai kebalikan dari segelintir manusia Indonesia yang hidup bergelimang kemewahan.
Peristiwa seperti ini menjadi indikator yang lebih akurat ttg kemiskinan ketimbang angka-angka statistik kantor statistik pemerintah. Dan ada banyak peristiwa serupa yg direkam oleh media massa ttg masalah ini. Entah apa dan bagaimana solusinya...saya tidak tahu.

Di tengah kegalauan hati, saya melihat firman Tuhan, dan disana saya menemukan suara hati Allah terhadap orang miskin. Ia berada di pihak mereka, bertindak membela hak-hak mereka.
Ulangan 15:11 Sebab orang-orang miskin tidak hentinya akan ada di dalam negeri itu; itulah sebabnya aku memberi perintah kepadamu, demikian: Haruslah engkau membuka tangan lebar-lebar bagi saudaramu, yang tertindas dan yang miskin di negerimu.

Mzm. 72:12-13 Sebab ia akan melepaskan orang miskin yang berteriak minta tolong, orang yang tertindas, dan orang yang tidak punya penolong; ia akan sayang kepada orang lemah dan orang miskin, ia akan menyelamatkan nyawa orang miskin.

Mzm. 109:31 Sebab Ia berdiri di sebelah kanan orang miskin untuk menyelamatkannya dari orang-orang yang menghukumnya.

Mzm. 140:12 Aku tahu, bahwa TUHAN akan memberi keadilan kepada orang tertindas, dan membela perkara orang miskin.

Ams. 31:20 Ia memberikan tangannya kepada yang tertindas, mengulurkan tangannya kepada yang miskin.

Yer. 20:13 Menyanyilah untuk TUHAN, pujilah TUHAN! Sebab ia telah melepaskan nyawa orang miskin dari tangan orang-orang yang berbuat jahat.
Tolong hamba-Mu ini, untuk peka menangkap isi hati-Mu, ya Allah.

Sep 14, 2008

Dari Mata Turun ke Neraka

Hati hati gunakan matamu
Hati-hati gunakan matamu
Allah Bapa di surga melihat ke bawah
Hati-hati gunakan matamu
Demikian teks sebuah lagu Sekolah Minggu yang saya kira sampai sekarang masih sering dinyanyikan di banyak gereja. Saya tidak pernah ikut Sekolah Minggu (karena baru bertobat terima Kristus saat remaja), tapi saya bayangkan anak-anak Sekolah Minggu yang lucu dan lugu itu pasti tidak pernah berpikir bahwa teks lagu tersebut menjadi sangat relevan dan penting bagi mereka saat mereka dewasa. Karena jika kita tidak hati-hati menggunakan mata kita, kita bisa masuk neraka!

Yesus dalam kotbahNya di bukit bersabda "Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya. Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka. Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka" (Matius 5:27-30)

Ada tiga hal yang mengemuka dalam sabda Tuhan kita tersebut:

1. Berzinah dalam hati sama dengan Perzinahan
Yesus menyetarakan dengan tindakan zinah secara fisik dengan perzinahan dalam hati, yaitu perzinahan yang kita lakukan saat kita memandangi seorang wanita dengan hawa nafsu. Terjemahan ESV adalah sbb: But I say to you that everyone who looks at a woman with lustful intent has already committed adultery with her in his heart. Tentu ini tidak berarti kita tidak boleh melihat wanita yang penampilannya menarik, anggun, cantik. Mengagumi ciptaan Allah yang satu ini bukanlah dosa, Itu menjadi dosa apabila saat kita memandang dia, kita:
- Menstimulasi pikiran kita untuk melakukan hal-hal yang tidak senonoh dengan dia
- Berimajinasi untuk melakukan aktivitas seksual bersama dengan dia
- Menelanjangi dia dengan pandangan mata kita

Dan ini berlaku baik bagi para PRIA khususnya tetapi juga wanita!

Memang sih cobaan pria itu biasanya datang lewat mata (no question about that!), sementara wanita datang lewat sentuhan dan emosi, tapi tidak berarti mata tidak menjadi pintu masuk dosa bagi wanita. Ingat istri Potifar yang mabuk kepayang melihat elok paras Yusuf. Dalam Kitab Kejadian 39:7, dicatat demikian: "Selang beberapa waktu isteri tuannya memandang Yusuf dengan berahi, lalu katanya: "Marilah tidur dengan aku." Itulah LUST. "Memandang dengan berahi"

Mengumbar mata dengan hawa nafsu adalah titik awal menuju perzinahan, sama halnya kemarahan yang penuh kebencian menjadi titik awal dari pembunuhan. Dan Yesus yang melihat hati tidak membedakan antara zinah fisik dan zinah hati. Keduanya serius, dan berakibat neraka.

2. Berzinah dalam hati membawa kita ke neraka
Kita hidup di dunia dimana seks menjadi salah satu komoditas yang paling laku di dunia dan simbol-simbolnya mudah ditemukan dimana-mana, mulai dari pornografi Internet "just a mouse click away" sampai katalog department store yang mengandalkan pria dan wanita dengan pakaian gaya minimalis untuk mendongkrak penjualan pakaian dalam. Dalam konteks yang sedemikian, berzinah dalam hati menjadi sesuatu yang sangat remeh. "Dikit-dikit khan boleh" seringkali menjadi justifikasi kita.

Apalagi kalau kita sudah aktif melayani Tuhan dan memegang peran yang penting di gereja (Pendeta, Majelis, Guru Sekolah Minggu dst), mudah sekali untuk terjebak berpikir begini "Lo, aku khan udah rohani, jadi lirik kiri dan kanan cuci mata sambil berfantasi dikit toh wajar sebagai pria. Khan aku tahu batas!" Atau kita adalah seorang yang berada di garis depan berjuang bagi Climate Change, mengorbankan banyak waktu, tenaga, pikiran, uang demi menyelamatkan bumi yang kita tinggali ini, lalu semua aktivitas yang "BESAR DAN PENTING" ini membuat kita merasa "Ahh... kalau cuma lihat majalah Playboy atau lihat website yang 'gitu-gituan' khan ga ada salahnya."

Ketika Yesus berkata "jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka", Ia sedang menegaskan bahwa dosa zinah dalam hati melalui mata kita ini adalah soal surga dan neraka. Konsekuensi dosa tersebut 1000x lebih serius dibanding konsekuensi masalah Climate Change. Kok bisa? Well, climate change mungkin dapat meluluhlantakkan bumi ini dalam 50 tahun ke depan, namun yang punah adalah hanya tubuh kita.

Yesus berkata "Janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Aku akan menunjukkan kepadamu siapakah yang harus kamu takuti. Takutilah DIA, yang setelah membunuh, mempunya kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka” (Luke 12:4-5).

Pandangan yang Salah Kaprah ttg Keselamatan
Jika hawa nafsu kita mendatangkan hukuman neraka, apakah itu berarti keselamatan jiwa saya akan hilang saat saya melakukan dosa tersebut? Kita sering berpikir bahwa jika kita sudah menerima Kristus, maka pernyataan-pernyataan Yesus seperti dalam area ini tidak berlaku lagi kepada kita. Ini ajaran berbahaya yang dapat menyesatkan kita ke neraka tanpa kita sadari.

Keselamatan jiwa kita memang didasarkan atas karya Kristus Yesus yang final di atas kayu salib, yang melalui iman kita terima sehingga apa yang dicapai Kristus sebagai korban penebus dosa itu ditransfer kepada kita. Samasekali tidak ada usaha manusia didalamnya.

Kita diselamatkan melalui iman (Sola Fide), namun iman yang menyelamatkan itu tidak sendirian. Inilah salah satu motto reformasi. Iman yang menyelamatkan itu adalah iman yang melawan hawa nafsu seksual. Jika kita mengaku telah berada dalam Kristus, namun kita tidak pernah berperang dan berjuang melawan dosa, kita PASTI belum memiliki iman yang menyelamatkan. Ada banyak sekali ayat-ayat firman Tuhan yang mensaksikan kebenaran ini, dan jika kita cuek, kita akan menanggung akibatnya. Bagai berjalan di atas escalator menuju neraka tanpa kita bahkan menyadarinya sama sekali. Mari kita perhatikan beberapa:

Kolose 3:5-6 "Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat… semuaya itu mendatangkan murka Allah."

Galatia 5:19-21 "Perbuatan daging telah nyata: yaitu percabulan, kecemaran, hawa nafsu, … Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu – seperti yang telah kubuat dahulu – bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam kerajaan Allah"

1 Korintus 6:10 "Janganlah sesat! Orang cabul… tidak akan mendapat bagian dalam kerajaan Allah."

Ibrani 12:1 "Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan KEJARLAH KEKUDUSAN, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat TUHAN"

Jika Anda tidak pernah punya keinginan untuk berperang melawan dosa, Anda sedang menuju neraka.

3. Mematikan Dosa Perzinahan di Hati
Bagaimana kita dapat mematikan dosa hawa nafsu seksual ini? Yesus memberitahu kita strategi mengalahkan dosa ini: "Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka. Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka" (Matius 5:28-30)

Yesus tidak berkata, "tutup matamu" atau "hentikan langkah kakimu", tetapi "cungkillah matamu" dan "penggallah tanganmu". Tentu ini tidak berarti harafiah. Ada seorang bapa gereja bernama Origen dari Alexandria yang menginterpretasikan ayat tsb dengan literal, lalu mengebiri dirinya sendiri agar tidak lagi terpengaruh oleh pencobaan seksual yg maha dashyat itu (dia lupa bahwa organ seksual manusia yang paling ampuh bukan alat kelamin, tetapi otak manusia...). Arti dari strategi Yesus ini adalah bahwa kita harus mengambil tindakan yang tegas, serius, drastis, urgen untuk membuang segala sesuatu yang dapat membawa kita jatuh ke dalam dosa perzinahan hati ini.

Sama seperti orang yang rela tangannya diamputasi daripada mati karena sel-sel kanker yang ia derita menjalar ke seluruh tubuhnya, maka Yesus berkata kita harus mau dan siap kehilangan apapun yang membuat kita tidak taat kepada Allah, berdosa terhadap Allah (John Calvin). Sikap kita harus seperti orang yang buta-tuli dan lumpuh, tanpa mata melihat hal-hal yang dapat merangsang hawa nafsu seksual kita, dan tanpa kaki-tangan untuk dapat pergi ke night club, diskotik, dan pesta-pesta dan tempat/acara lain yang dapat membuat kita jatuh dalam dosa lust.

Catatan: Terkadang pesta pernikahan dan sweet 17th birthday party menjadi ajang dimana banyak pria jatuh ke dalan dosa ini ditengah wanita-wanita yang karena ingin tampil menawan nan mempesona memakai gaun pesta yang bergaya minimalis. Demikian juga acara-acara dalam pesta nikah dan ultah tersebut seringkali sarat dengan nuansa seksual. Hati-hati "just for fun" bisa berubah menjadi "just to hell"

Puritan William Gurnal mengingatkan kita untuk senantiasa menjadi orang bijak: “What lust is so sweet or profitable that is worth burning in hell for?” Masalahnya kita sering lupa soal neraka saat sedang terbuai dengan tipuan manis si Iblis "Ahhh...sedikit aja kan boleh. Kamu khan sudah banyak berjasa, jadi wajarlah rileks dikit menikmati waktu santaimu. Semua orang toh sering melakukannya. Lagian, siapa sih yang akan tahu?" Rayuan Setan ini maut karena ia sudah berpengalaman ribuan tahun menghancurkan orang Kristen, dan ia tidak akan buang-buang waktu saat menyerang kita karena ia langsung menuju ke titik kelemahan kita.

Itu sebab John Owen menulis bahwa indwelling sin ini menjadi sangat rumit karena musuh kita terbesar tidak berada di luar kita, tetapi di dalam diri kita. Dan Owen mengajak setiap anak Tuhan untuk selalu berperang mematikan dosa, atau kita yang akan dimatikan oleh dosa. Be killing sin or it will be killing you!

Berikut strategi praktis "mencungkil mata dan memenggal tangan" dalam konteks kita yang dapat membuat kita terhindar api neraka yang tak pernah padam itu. Beberapa tips tersebut saya terapkan dalam kehidupan saya sehari-hari dan meski tidak 100% saya berhasil (karena saya masih terbut dari darah daging - bukan malaikat - dan penuh kelemahan), beberapa tips tsb membantu saya saat Iblis melancarkan serangannya:

1. Berkata "NO!" dalam 5 detik pertama pencobaan itu datang. Usir segala pikiran jahat dan mesum didalam nama Yesus.

2. Kutip ayat-ayat Alkitab yang menolong kita untuk bertahan dalam kesucian, dan bahkan untuk menyerang Iblis. Yang saya suka pakai misalnya:
"Barangsiapa menjadi milik Kristus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya (Gal 5:24)";

"'Mata TUHAN ada di segala tempat, mengawasi orang jahat dan orang baik (Amsal 15:3);

"Hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus (1 Pet 1:15-16)."
Semua ini memerlukan disiplin menghafal ayat (sebuah disiplin yang saya pernah miliki ketika dulu pernah KTB dgn staf Navigators di US, dan sekarang sudah karatan, perlu diperbarui...)

3. Menyanyikan lagu-lagu hymn saat merasa rentan terhadap pencobaan. Misal:

Turn your eyes upon Jesus,
Look full in His wonderful face,
And the things of earth will grow strangely dim,
In the light of His glory and grace"

Onward, Christian soldiers, Marching as to war,
With the cross of Jesus Going on before!
Christ, the royal Master, Leads against the foe;
Forward into battle See His banners go!
Onward Christian soldiers, marching as to war,
With the cross of Jesus going on before
.

4. Memiliki teman akuntabilitas yang kepadanya kita mengakui dosa kita untuk menjaga nurani kita bersih, yang dapat mendukung kita dalam doa saat kita lemah, yang dapat kita telpon kapanpun juga (24 jam per hari, 7 hari seminggu) saat detik-detik kita dicobai.

5. Bila kita addicted thd pornografi di internet, mungkin perlu menghentikan subscription internet kita dari ISP. Atau meng-install software yg dapat memberi laporan kepada sahabat akuntabilitas kita. Misal software bernama Covenant Eyes.

6. Bila sedang santai dan sendirian, menjadi ekstra berhati-hati untuk tidak meng-ekspose diri terhadap hal-hal yang dapat menimbulkan hawa nafsu seksual (TV, majalah, internet, etc.). Kalau tidak tahan, lebih baik jangan pernah sendirian. Dan jangan pernah nganggur tanpa gawe (ingat Daud jatuh berzinah dgn Batsyeba saat ia nganggur berleha-leha di saat seharusnya ia berada di medan perang).

7. Berdoalah untuk memiliki appetite dan kerinduan terhadap Yesus, ini hal yang krusial yang sering luput dari perhatian kita. Saya banyak belajar dari Owen tentang prinsip ini. Ia menulis: Be sure to get an interest in Christ - if you intend to mortify sin without it, it will never be done.Selama kita berpikir bahwa kebahagiaan kita akan bertambah dengan kita berbuat dosa tersebut, kita tidak akan pernah menang terhadap dosa. Dan selama kita tidak melihat bahwa Kristus itu jauh lebih mulia, lebih indah, lebih berharga daripada semua kenikmatan palsu yang ditawarkan Setan, kita tidak akan pernah mematikan dosa.

DOA:
"Bapa disurga, ampuni hamba-Mu, bila anggota tubuh hamba tak lain adalah alat berbuat dosa,
mata, kaki, tangan, mulut, yang semuanya seharusnya menjadi alat kebenaran untuk kemuliaan-Mu

Tolong hamba-Mu belajar seperti Ayub yang pernah membuat perjanjian dengan matanya,
untuk tidak memandang dengan penuh hasrat dosa seorang wanita
Tolong hamba-Mu untuk tidak melangkahkan kaki menuju tempat-tempat yang mengundang dosa
Tolong hamba-Mu untuk tidak menggerakkan tangan melakukan aktivitas dosa, online maupun offline
Dan kuatkan hamba-Mu untuk berkata 'TIDAK' terhadap semua itu.

Singkapkan kedegilan hati hamba-Mu tuk dapat menyelami keindahan-Mu Yesus yang tiada tara
Pulihkan kebutaan mata hamba-Mu tuk dapat memandang kemuliaan-Mu
Bangkitkan kerinduan jiwa hamba-Mu tuk dapat mengecap dan melihat betapa baiknya Engkau Tuhan

Puaskan dahaga hamba-Mu dengan diri-Mu sendiri ya Tuhan Yesus sehingga
manisnya tipuan dosa menjadi hambar bagi hamba
sedapnya godaan Iblis menjadi tawar bagi hamba
Amin"

Sep 9, 2008

Ibadah yang ditolak Allah

Minggu pagi itu ada sebuah pemandangan aneh yang yang tidak pernah terjadi sebelumnya sejak gereja tersebut dimulai lebih dari 50 tahun lalu. Kira-kira 30 menit sebelum jam kebaktian biasanya berakhir, sekitar 400 orang tiba-tiba keluar dengan perlahan-lahan dari ruang kebaktian utama, dan dengan air muka yang kelihatan serius, tanpa berbasa-basi dengan satu sama lain, mereka keluar meninggalkan gereja menghilang pulang. Sementara sekitar 200 jemaat yang lain tetap didalam ruang ibadah mendengarkan kotbah yang rupanya masih belum selesai.

Pemandangan ini membuat para satpam gereja terheran-heran. Yang lebih heran adalah pemilik warung dan gerobak makanan kecil disekitar gereja, karena dagangan mereka yang biasa dikerubutin jemaat gereja hanya dilewati saja. Ada apa gerangan?

Rupanya dalam kotbahnya, si pendeta menyuruh jemaatnya untuk pulang saat itu juga. Sebagian besar menuruti hal tersebut. Teks kotbahnya diambil dari Matius 5:23-24:
"Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu"
Amarah dan kebencian dalam hati kita membuat segala pujian, penyembahan, dan doa kita di Ibadah Minggu hanya naik sampai ke atap gereja. Tidak lebih dari itu. Karena Allah menolaknya.

Yesus menegaskan prinsip bahwa rekonsiliasi harus mendahului ibadah. Bukan karena relasi dengan sesama lebih penting dibanding ibadah kepada Allah, tetapi karena keduanya saling terkait erat, dan tidak mungkin kita dapat menyembah Allah dalam 'roh dan kebenaran' bila ada hal yang belum kita bereskan dengan sesama kita. Yesus melihat hal tersebut begitu penting sampai Ia berkata, "STOP berdoa, STOP menyanyi, pergi dulu bereskan relasi dengan si A, baru balik berdoa dan menyanyi. Aku menunggumu kembali."

Ketaatan terhadap instruksi Yesus yang eksplisit ini lebih penting daripada ibadah itu sendiri, tidak peduli betapa merdu suara kita, betapa penuh hikmat isi doa kita, dan berapa besar uang persembahan kita. Alkitab mengajarkan prinsip ini ketika Saul yang tidak taat terhadap perintah Allah ditolak persembahan bakarannya. Melalui nabi Samuel, Allah menegur Daud, "Has the LORD as much delight in burnt offerings and sacrifices As in obeying the voice of the LORD? Behold, to obey is better than sacrifice, and to heed than the fat of rams." (1 Samuel 15:22).

Mengomentari bagian ini, Sinclair Ferguson menggarisbawahi bahwa Allah melihat rekonsiliasi ini sebagai sebuah hal yang important (ayat 23-24) dan urgent (25-26): "The illustration of the man in church underlines the necessity of reconciliation. The illustration of two men going to court underlines the urgency of reconciliation. Animosity is a time bomb; we do not know when it will `go off.' We must deal with it quickly, before the consequences of our bitterness get completely out of control."

Yang menjadi pertanyaan penting disini adalah apa yang dimaksud Yesus dengan "engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau." Apa sih 'sesuatu' tsb, apakah sebuah uneg-uneg, ganjalan, suara hati nurani? Dan apakah ini berarti kita harus berinisiatif untuk rekonsiliasi bila kita berada di pihak yang salah, yang telah menyakiti hati sesama kita dengan perkataan atau perbuatan kita?

Bagaimana kalau kita berada di posisi yang benar, yang disakiti? Bagaimana kalau orang tersebut memang super menjengkelkan, tidak masuk akal, mbo ceng lie? Apakah saya masih harus tetap rekonsiliasi.

Hal ini mengingatkan saya pada sebuah kasus dimana seorang pendeta menyuruh saya untuk minta maaf kepada seseorang untuk kedua kalinya, karena permintaan maaf saya yang pertama kali dianggap tidak tulus oleh orang tersebut. Saya memberitahu pendeta tersebut bahwa saya telah minta maaf dengan sungguh-sungguh dan tidak ada lagi perasaan mengganjal dalam hati saya, bahkan saat itu saya dan orang tersebut telah berdamai dengan baik.

Betapa kaget saya ketika pendeta tersebut lalu mengatakan bahwa kalau saya tidak minta maaf lagi kepada orang tersebut, saya melanggar perintah Yesus dan seluruh pelayanan dan ibadah saya tidak akan diterima Allah. Bahkan dia berkata jika saya tidak minta maaf lagi kepada orang tersebut (yang juga adalah seorang pendeta), itu berarti saya melawan seorang yang telah diurapi Allah. Lalu ia bercerita bahwa dulu ada orang yang berlaku sedemikian kepadanya, dan tidak lama kemudian yang satu usahanya bangkrut dan yang satu lagi kena penyakit.

Saya sedih sekali mendengar kalimat tsb keluar dari mulut seorang pendeta. Saya menjawab bapak pendeta tsb "Maaf pak, saya harap Bapak tidak mengutip ayat dengan sembarangan untuk menakut-nakuti orang agar melakukan suatu hal yang sesuai keinginan Bapak. Yang dimaksud Yesus dalam Matius 5:23-24 sangat berbeda dengan apa yang Bapak katakan. Saya telah melakukan tanggung jawab saya dihadapan Allah dengan minta maaf dan berdamai dengan orang tersebut. Tapi Allah tidak menjadikan hasil dari rekonsiliasi tsb sebagai tanggung jawab saya. Bagi saya, minta maaf lagi untuk ke-2, ke-3, ke-5 kalinya tidak ada masalah. Tapi kalau saya hanya minta maaf demi untuk memuaskan ego orang tersebut, bukankah justru saya sedang tidak bertanggung jawab terhadap Allah?"

Tujuan saya menceritakan pengalaman pribadi diatas adalah untuk menggarisbawahi betapa penting kita mengerti arti rekonsiliasi yang Yesus maksudkan disini. Ada dua hal yang menolong kita memahaminya:

1. Yesus tidak menjelaskan siapa pihak yang benar dan pihak yang salah dalam Mat 5:23-24.
Ia juga tidak memberikan indikasi apakah ini berlaku diantara orang Kristen saja atau termasuk orang non-Kristen. Dan saya kira Ia sengaja tidak melakukannya. Di beberapa ayat sebelumya Ia bersabda bahwa kita harus menjadi pembawa damai. Berdamai sebelum beribadah menjadi prinsip secara umum yang kita mesti terapkan dengan istri kita, suami kita, anak kita, mertua kita, tetangga kita, kolega kita, musuh kita (termasuk musuh bebuyutan kita).

2. Yesus sendiri dalam pelayanan-Nya didunia banyak membuat orang tersinggung dan marah.
Khususnya kepada orang Farisi dan ahli Taurat. Begitu tersinggung mereka sampai mereka ingin menyalibkan Dia. Namun apakah Yesus minta maaf kepada mereka? Tidak. John Piper mengomentari bagian ini dan berkata bahwa jika Ia melakukan itu, mungkin Ia tidak akan pernah sempat ke Synagogue karena ia perlu waktu banyak tiap hari minta maaf kepada satu per satu kepada orang banyak yang tersinggung mendengar kotbah-Nya. Yesus berkata murid-muridNya akan mengalami hal yang sama jika mereka setia mengikut Yesus Kristus. Kesetiaan kepada Kristus selalu mengundang oposisi dari dunia. Namun Ia tidak meminta mereka untuk minta maaf. Ia malahan berkata "Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu" (Mat 5:11-12). Saat kita menegur orang lain, saat kita 'speak the truth in love', seberapa lembut dan hormat kita menyampaikannya, akan ada orang yang tersinggung dan tidak terima.

Berdasarkan dua point diatas, saya mengambil kesimpulan seperti berikut:

a. Kita tidak bertanggung jawab tentang uneg-uneg atau ganjalan yang terjadi antara kita dengan orang lain apabila itu terjadi karena ketaatan kita kepada Kristus dan kepedulian kita kepada orang tersebut, dan bila itu telah didahului oleh pergumulan doa dan air mata terhadap orang tersebut.

b. Diluar perkecualian tersebut, kita perlu aktif mengupayakan rekonsiliasi meski inisiatif tersebut hanya akan bertepuk sebelah tangan, meski kita akan dicuekin. Hasil rekonsiliasi itu Allah yang menentukan, dan bukan tanggung jawab kita. Kalau diterima, puji Tuhan kita berdamai dengan dia. Kalau tidak diterima, puji Tuhan karena kita mempertahankan hati nurani kita bersih dihadapan Allah (Amsal 4:23). Ibadah kita tidak akan terhalang karenanya, ini ditegaskan Paulus dalam Roma 12:18: “Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!”.

Kiranya ibadah Anda dan saya naik ke tahta Allah sebagai persembahan yang harum bagi-Nya karena itu muncul dari jiwa yang hancur, hati yang patah dan remuk, ketika kita menyadari dosa kita kepada sesama dan mau taat berdamai dengannya, dan dengan demikian berdamai dengan Allah. Hati yang sedemikian Allah tidak akan pandang hina.

Sep 8, 2008

Ravi Zacharias on the Incomparable Jesus

In his most recent interview, Ravi Zacharias highlighted the peculiar attitude that people (in the West) have towards Jesus, which goes to show the uniqueness of, as his book title suggests, "Jesus among other gods". The entire interview transcript can be found here, but here are two paragraphs which grab my attention:
Q: Why do you call "Jesus Among Other Gods" your most significant book?

A: There was no life so impeccably lived as His. There are those who've claimed prophetic status who have led pretty heavily duplicitous lives. But in Christ, you never see that. You never find Him in any compromising situation that shows itself where He was driven by the sensuality of the moment. After 2000 years, no name has been scrutinized more, none abused or challenged more in the public media.

I find a lot of Western journalists intellectually cowardly here. They would never do with Mohammed what they do with Jesus. They don't have the courage to do that. If the major magazines — Time, Newsweek or U.S. News and World Report — did with Mohammed on one of their major festivals what they do to Jesus on Christmas or Easter, they probably wouldn't be in existence any more.

Q: What has been your experience on American campuses?

A: If I speak on Hinduism, Buddhism, Islam or whatever, I am quite free to do it without any repercussions. But if you speak on the Christian faith, somebody is going to question why you are there. You talk to any Christian campus group on any major campus and they'll tell you about the intimidation there.

It's sad. I lived in India, then in Canada and then I've come here. America seems to take a hit for everything it does. But worse can be done in other parts of the world and it will be done with impunity. For instance, racism: I could take you to parts of the world today where racism is horrible, blatant. The same people who will tell you that, are the ones who will take us to task. I will tell you what is hidden under all of this. I believe because we live under the outworking of a Christian worldview, we are willing to face the self-criticism and scrutiny. Other worldviews are not willing to lend themselves to that.

Sep 7, 2008

Amarah yang Berakibat Neraka

Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala (Matius 5:21-22).
Hari ini dalam gereja Tuhan banyak sekali jatuh korban pembunuhan. Bukan karena senapan atau senjata tajam, tetapi karena lidah. Mereka terbunuh karena kalimat-kalimat kasar yang menyinggung perasaan mereka, yang mematikan semangat hidup mereka, dan yang mengecilkan citra diri mereka. Karena Yesus dalam kotbahNya di bukit, engkau tidak membunuh secara fisik, tetapi sikap hatimu dan perkataanmu yang menyakitkan orang lain sama kejinya dengan pembunuhan fisik.

Banyak dari para korban tersebut hari ini tidak lagi berada di gereja, karena realita hidup bergereja mereka temukan samasekali berbeda dari harapan mereka. Dan para pembunuhnya masih bebas berkeliaran. Tingkah laku agama begitu baik, namun hati mereka yang dingin tak pernah tersentuh dengan kasih Allah, itu sebab mereka terus menyakiti sesamanya.

Orang Farisi dan ahli Taurat sibuk dengan detail yang eksternal tentang hukum Allah. Dari generasi ke generasi mereka telah diajar dari sejak kecil untuk melakukan 613 perintah dan larangan yang mereka pikir diperlukan untuk memenuhi standar Allah. Namun mereka tidak peduli dengan hal-hal yang internal, yang jauh lebih penting, yaitu soal motivasi. Soal hati mereka. Mereka berdiskusi dan berdebat: bagaimana kita mendefinisikan pembunuhan? Kalau saya memukuli seseorang sampai ia hampir mati, apakah itu termasuk membunuh? Bagaimana kalau saya tidak memakai tangan orang lain untuk membunuh seseorang bagi saya, apakah itu termasuk pelanggaran terhadap perintah Allah yang ke-6 tsb? Bagaimana kalau saya dipenuhi amarah dan kebencian terhadap seseorang dan saya dalam hati berkata ”Gua harap dia mati ketabrak bis” tapi tidak benar-benar menabrak dia?

Mereka berpikir bahwa perintah jangan membunuh itu mereka telah taati bila mereka tidak mengambil nyawa orang lain. Itu sebab pada akhirnya meski mereka tidak membunuh Yesus dengan tangan mereka sendiri, mereka berkonspirasi untuk membunuh dia, dan memakai tangan orang lain untuk melakukan dosa terbesar yang pernah dilakukan manusia terhadap Allah: Menyalibkan Anak-Nya.

Inti dari semua ini adalah jika kita mengumbar kebencian hati kita dengan menyakiti sesama kita, kita berhadapan dengan Allah sendiri. Yesus menegaskan bahwa dosa ini adalah dosa yang serius, jauh lebih serius dari yang kita bayangkan, karena yang menjadi taruhannya adalah surga dan neraka. Hal ini muncul dalam banyak ayat dalam firman Allah, misalnya:
“Bagaimana kamu yang jahat, dapat mengeluarkan kata-kata yang baik? Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati. Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik, dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu, engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum” (Matius 12: 34-37)

"The one who says he is in the light and yet hates his brother is in the darkness until now" (1 John 2:9)"

"Everyone who hates his brother is a murderer; and you know that no murderer has eternal life abiding in him (1 John 3:15)"
Memang tidak semua kemarahan itu berdosa. Yesus marah beberapa kali karena kedegilan hati manusia, karena pemberontakan mereka terhadap Allah, karena kekudusan Allah diinjak-injak, namun Ia tidak marah ketika Ia dihianati, diadili, dicaci-maki, dianiaya. Kita sebaliknya seringkali marah karena hak-hak pribadi kita diinjak-injak sementara kita lenggang kangkung saat nama Allah dijadikan bahan tertawaan.

Kata marah yang dipakai Yesus dalam bahasa aslinya adalah orgidzo, yang menunjukkan kemarahan terhadap seseorang yang kita pelihara semakin lama semakin menjadi-jadi, mirip seperti teko berisi air yang dipanaskan, semakin lama semakin panas sampai mendidih. Rasa marah itulah yang dialami Kain dalam kitab Kejadian pasal 4. Allah berkata menegur Kain “Mengapa hatimu panas dan mukamu muram?.. .Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu”

Yesus tidak mengkoreksi arti perintah Allah yang ke-6 ini, tidak mengubah atau menambahkannya. Ia justru mengembalikan arti semula yang esensial dari perintah tsb. Darimana saya tahu akan hal ini? Dari Imamat 19:16, Allah berkata melalui Musa: "Do not do anything that endangers your neigbours’ life” Ayat tsb memberitahu kita bahwa Allah tidak hanya melarang aksi pembunuhan itu saja, tetapi segala sesuatu yang dapat menjurus kepada hal tersebut. Ayat berikutnya berkata “Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu, tetapi engkau harus berterus terang menegor orang sesamamu dan janganlah engkau mendatangkan dosa kepada dirimu karena dia. Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah engkau menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah Tuhan.”

Demikian pula saat kita mencela, mencaci-maki, menghina, melecehkan mengecilkan orang lain, neraka menjadi konsekuensi dari semua itu. Sayang sekali LAI salah menterjemahkan kata "RACA" yg di KJV/NIV/NASB tetap dipakai sbg transliterasi dari Yunani. Arti kata RACA bukan 'Kafir' sbgmana di Alkitab Indonesia, tetapi mengacu kepada penghinaan secara intelektual. Dalam bahasa gaul, misalnya, bisa diparafrase menjadi misalnya: “Dasar kepala udang” atau “Makanya, otaklu jangan ditaruh di dengkul” atau “Goblok ga ketulungan”. Di Australia, umpatan seperti itu muncul dalam bentuk misalnya: "Bonehead" atau "Bloody Idiot!"

LAI juga salah kaprah menterjemahkan kata "Jahil" karena aslinya adalah kata MORE, yang berarti tolol tak bermoral. Bahwa Allah memakai kata ini di PL (misal, 'Hear this, O foolish and senseless people, Who have eyes, but see not; Who have ears, but hear not" Jer 5:21) dan PB (misal, 'You fool! This very night your soul is required of you; and now who will own what you have prepared?" Luke 12:20) menunjukkan bahwa saat kita mengata-ngatai sesama kita 'tolol', kita sedang mengambil posisi seperti Allah yang sedang menghakimi secara objective pemberontakan manusia kepada Allah.

Dalam bagian ini, Yesus menegaskan bahwa jika kita telah memiliki iman yang menyelamatkan, maka kebencian yang penuh amarah terhadap sesama tidak akan meluap keluar dari hati kita dan meluncur dari mulut kita. JIka kita berulang-ulang melakukan dosa ini, kita perlu meragukan keselamatan kita! Neraka (gehenna) menjadi tanggungan kita (Matius 5:22). Inilah beban dosa yang terlalu sering kita anggap enteng.

Sep 6, 2008

Strategi Melawan Hawa Nafsu Seksual

John Piper mengembangkan sebuah strategi pribadi untuk melawan hawa nafsu seksual (lust) yang terdiri dari 6 kata kerja, yang ia sebut dengan akronim A N T H E M. Deskripsi di bawah ini saya ambil dari website Desiring God, yang saya pikir relevan utk mengingatkan diri saya pribadi terkait dengan kasus Guglielmucci dalam posting sebelum ini:
A - AVOID as much as is possible and reasonable the sights and situations that arouse unfitting desire. I say "possible and reasonable" because some exposure to temptation is inevitable. And I say "unfitting desire" because not all desires for sex, food, and family are bad. We know when they are unfitting and unhelpful and on their way to becoming enslaving. We know our weaknesses and what triggers them. "Avoiding" is a Biblical strategy. "Flee youthful passions and pursue righteousness" (2 Timothy 2:22). "Make no provision for the flesh, to gratify its desires" (Romans 13:14).

N - Say NO to every lustful thought within five seconds. And say it with the authority of Jesus Christ. "In the name of Jesus, NO!" You don't have much more than five seconds. Give it more unopposed time than that, and it will lodge itself with such force as to be almost immovable. Say it out loud if you dare. Be tough and warlike. As John Owen said, "Be killing sin or it will be killing you." Strike fast and strike hard. "Resist the devil, and he will flee from you" ( James 4:7).

T - TURN the mind forcefully toward Christ as a superior satisfaction. Saying "no" will not suffice. You must move from defense to offense. Fight fire with fire. Attack the promises of sin with the promises of Christ. The Bible calls lusts "deceitful desires" (Ephesians 4:22). They lie. They promise more than they can deliver. The Bible calls them "passions of your former ignorance" (1 Peter 1:14). Only fools yield. "All at once he follows her, as an ox goes to the slaughter" (Proverbs 7:22). Deceit is defeated by truth. Ignorance is defeated by knowledge. It must be glorious truth and beautiful knowledge. This is why I wrote Seeing and Savoring Jesus Christ. We must stock our minds with the superior promises and pleasures of Jesus. Then we must turn to them immediately after saying, "NO!"

H - HOLD the promise and the pleasure of Christ firmly in your mind until it pushes the other images out. "Fix your eyes on Jesus" (Hebrews 3:1). Here is where many fail. They give in too soon. They say, "I tried to push it out, and it didn't work." I ask, "How long did you try?" How hard did you exert your mind? The mind is a muscle. You can flex it with vehemence. Take the kingdom violently (Matthew 11:12). Be brutal. Hold the promise of Christ before your eyes. Hold it. Hold it! Don't let it go! Keep holding it! How long? As long as it takes. Fight! For Christ's sake, fight till you win! If an electric garage door were about to crush your child you would hold it up with all our might and holler for help, and hold it and hold it and hold it and hold it.

E - ENJOY a superior satisfaction. Cultivate the capacities for pleasure in Christ. One reason lust reigns in so many is that Christ has so little appeal. We default to deceit because we have little delight in Christ. Don't say, "That's just not me." What steps have you taken to waken affection for Jesus? Have you fought for joy? Don't be fatalistic. You were created to treasure Christ with all your heart - more than you treasure sex or sugar. If you have little taste for Jesus, competing pleasures will triumph. Plead with God for the satisfaction you don't have: "Satisfy us in the morning with your steadfast love, that we may rejoice and be glad all our days" (Psalm 90:14). Then look, look, look at the most magnificent Person in the universe until you see him the way he is.

M - MOVE into a useful activity away from idleness and other vulnerable behaviors. Lust grows fast in the garden of leisure. Find a good work to do, and do it with all your might. "Do not be slothful in zeal, be fervent in spirit, serve the Lord" (Romans 12:11). "Be steadfast, immovable, always abounding in the work of the Lord" (1 Corinthians 15:58). Abound in work. Get up and do something. Sweep a room. Hammer a nail. Write a letter. Fix a faucet. And do it for Jesus' sake. You were made to manage and create. Christ died to make you "zealous for good deeds" (Titus 2:14). Displace deceitful lusts with a passion for good deeds.

Guglielmucci dan Dosa Pornografi

Tanggal 21 Agustus lalu saya nge-blog ttg Pastor Mike Guglielmucci yang menjadi headline di koran karena ia menipu publik, orang tuanya, dan bahkan istrinya sendiri selama 2 tahun dengan penyakit kanker yang ia tidak pernah derita. Ratusan ribu orang di dunia telah terinspirasi oleh saat ia tampil membawakan lagu ciptaannya, Healer, dengan memakai selang oksigen di hidungnya.

Yang saya tidak ikuti adalah bahwa empat hari setelah penuturannya itu menjadi berita nasional, dia membuat sebuah pernyataan publik untuk menjelaskan mengapa ia menciptakan penyakit palsu yang terus berkembang menjadi berbagai kebohongan-kebohongan lain. Ia terikat pada pornografi dari sejak ia berumur 12 tahun. Terikat oleh pornografi selama 16 tahun!

Guglielmucci menyatakan bahwa penderitaan emosional yang dialami karena addiction yg ia derita begitu dalam sampai setiap malam ia muntah-muntah. Gejala ini memang mirip seorang penderita kanker. Dan kebohongan ini berkembang semakin besar, dan ia merasa tidak mampu berbuat apa-apa selain meneruskan kebohongannya dengan mengaku menderita tumor otak, gagal ginjal, patah tulang, dst. Ia mengirim email-email palsu kepada keluarganya dan sahabatnya dari dokter yang ia rekayasa sendiri, karena ia tidak pernah pergi ke dokter. Ia hanya ke rumah sakit dan klinik dan duduk-duduk di ruang tunggunya.

Yang mendorong Guglielmucci untuk mengaku kepada orang tuanya adalah sebuah mimpi dimana ia melihat Yesus dikayu salib melihat kebawah kepadanya dan berkata “The truth will set you free.” Itu sebabnya ia memutuskan untuk mengakui dosa dan kebohongannya kepada publik. Berikut cuplikan pernyataannya yang saya ambil dari website The Advertiser:
"It is with much pain and sadness that I make this statement today," he said in the statement.
"For over 16 years I have struggled with an addition to adult pornography as a result of this secret life of sin my body would often breakdown.
"I'd report the cause of my symptoms simply as illnesses and I've thrown my life into a ministry for many years trying to compensate for my sin.
"I believe that I do love Jesus and I know that he loves me and it is this love along with the prayers of people around the world that bring me to this place of confession.
"Two years ago, I reported that I was suffering from cancer, the truth is that although I was ill I did not have cancer but was again using the misdiagnosis to hid the lie that I was living.
"I know in my heart that it is the truth alone that will set me free and this is the reason for my confession.
"I've dishonoured God, my wife, my family and the church and I take full responsibility for my actions and would like to make it very clear that no-one else was in any way aware of my double life.
"I'm fully commited to a process of discipline, recovery and restitution and will see this process through to what ever extent is necessary.
"I am deeply sorry and pray that you will find it in your hearts to forgive me.
"Currently I am undergoing professional medical assessment and evaluation to help identify and begin to treat the real and much deeper issues.
"Please continue to pray for my wife and I and my family as we have a long, hard road ahead of us but a road that I'm thankful to God that I'm finally walking."
Banyak sekali video clip di berbagai website ttg Guglielmucci yang telah dicabut oleh pihak gereja, Planetshaker, dan Hillsong, namun berikut sebuah video clip interview-nya dengan Today Tonight:



Begitu banyak anak Tuhan, pemimpin Kristen, yang jatuh karena dosa LUST. Kita perlu berdoa bagi para pemimpin Kristen yang memiliki kelemahan diarea ini, agar dengan anugerah Allah mereka dimampukan untuk berperang dengan sengit melawan dosa ini.

Sep 3, 2008

Wealthy Buffett

On February 11 2008, Warren Buffett was declared by Forbes magazine as the richest person on the planet, with an estimated net worth of $62 billion. But unlike other super rich CEOs who live in immense luxury, the CEO of Berkshire Hathaway lived a relatively very simple life. He does not upgrade his lifestyle; today he still lives in the house he bought in 1958 for $31,500. This guy is also the world's biggest philanthropist; a title he carried two years ago when he announced that he would give his multi-billion fortune to charity, with 83% of it going to the Bill & Melinda Gates Foundation. When he donated his money, however, being an agnostic, he said, "There is more than one way to get to heaven, but this is a great way."

Despite what the critics say about his motives behind the donation, it is hard to argue he is a humble man, and that humility saves him from trouble (one is reminded of Tyco and Enron bosses, for example). Buffett once quipped:
Of the billionnaires I have know, money just brings brings out the basic traits in them. If they were jerks before they had money, they are simply jerks with a billion dollars.
On the other hand however it is precisely that self-morality and self-righteousness that will lose him his soul. "For what will it profit a man if he gains the whole world and forfeits his soul? Or what shall a man give in return for his soul?" (Matthew 16:26)

Sep 2, 2008

Tiga Kriteria Kotbah yang Baik

Jemaat Allah perlu memahami kriteria kotbah yang baik agar dapat menjadi seperti jemaat Berea yang dipuji karena mereka bukan hanya “menerima firman itu dengan segala kerelaan hati” dari Paulus dan Silas, tetapi “setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian” (Kisah 17:11).

Menurut saya, minimal ada 3 kriteria kotbah yang baik:

1. Memberitakan Firman Allah dengan meng-eksposisi seluruh maksud Allah dalam Alkitab (the whole counsel of God).

Rasul Paulus dalam pesan utamanya pada Timotius memberi sebuah tekanan: Beritakanlah firman (2 Tim 4:1-2). Berkotbah (preach the Word) berbeda dengan mengajar. Dalam 2 Tim 1:10-11 Paulus membedakan perannya sebagai seorang pengkotbah, rasul, dan guru. Kata yang dipakai untuk ‘beritakanlah’ adalah “kerusso” (bhs. Yunani) kata yang dipakai untuk utusan yang hendak menyampaikan perintah raja. Utusan tersebut harus menyampaikan dengan otoritas, intensitas, dan kesungguhan karena yang dipertaruhkan adalah otoritas yang mengutus. Demikian halnya dengan kotbah.

Paulus menulis di ayat sebelumnya: “Di hadapan Allah dan Kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati, aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu demi penyataan-Nya dan demi Kerajaan-Nya” (2 Tim 4:1). Kita berkotbah mewakili Allah Bapa dan Allah Anak. Taruhannya adalah surga dan neraka. Tidak ada organisasi/ instusi lain yang membahas tentang surga/neraka, keselamatan/kebinasaan, dosa/pengampunan, kecuali gereja. Celaka kalau gereja tidak lagi memberitakan hal tersebut, karena kotbah adalah means of grace, sarana Allah menurunkan anugerah-Nya dan melahir-barukan kita. Richard Baxter menekankan sentralitas dan urgensi dari kotbah ketika ia menulis "I preach as never sure to preach again, and as a dying man to dying men."

Kotbah yang baik, karenanya adalah kotbah eksposisi, meng-ekspose jemaat pada apa yang Allah katakan. “Expose” berarti menundukkan pikiran kita dibawah Firman Tuhan, berbeda dari “impose” yang berarti menaruh pikiran, pendapat, dan minat pribadi di atas Firman Tuhan, atau memakai Firman sebagai pendukung pendapat dan pikiran pengkotbah. Kalimat Haddon Robbison harus selalu diingat oleh setiap pengkotbah:
"Whether or not a minister does biblical preaching starts with the honest answer to the question: "Do I, as a preacher, endeavor to bend my thought to the Scriptures, or do I use the Scriptures to support my thought?"

Kotbah yang baik juga harus menyampaikan the whole counsel of God (Kis 20:27) yang berarti seluruh ajaran, perintah, kehendak Allah yang Ia wahyukan untuk disampaikan pada jemaat-Nya. Sementara bagian jemaat adalah menerima semua wahyu Allah, tanpa pilih-pilih. Inilah yang disampaikan dalam seluruh pengajaran Rasul Paulus selama 2.5 tahun di gereja Efesus. Tentu dalam waktu yg relatif singkat itu, dia tidak membahas ayat per ayat dari Perjanjian Lama, tetapi dia membahas seluruh apa yang disebut DA Carson sebagai "the burden of the whole of God's revelation" yaitu:
- God's purposes in the history of redemption (truths to be believed and a God to be worshiped),
- an unpacking of human origin, fall, redemption, and destiny (a worldview that shapes all human understanding and a Savior without whom there is no hope),
- the conduct expected of God's people (commandments to be obeyed and wisdom to be pursued, both in our individual existence and in the community of the people of God), and
- the pledges of transforming power both in this life and in the life to come (promises to be trusted and hope to be anticipated)
(Challenges for the Twenty-first-century Pulpit, in Preach the Word, pp. 177-178)

2. Membukakan kemuliaan Allah, memaparkan Kristus, dan berfokus pada Injil.

2 Kor 4:3-6 menegaskan bahwa Injil mewartakan kemuliaan Kristus yang adalah gambaran Allah. Seringkali kotbah yang dianggap baik adalah yang relevan, yang banyak pakai ilustrasi. Rasul Paulus mengingatkan bahwa ada orang-orang yang memang tidak akan menerima berita Injil, sehingga pengkotbah tidak perlu tergoda menjadikan keinginan jemaat sebagai penentu arah kotbah demi untuk relevan.

Jika kita hanya mencari pengkotbah yang lucu, daripada mendengar kotbah, lebih baik kita menonton Seinfeld atau Everybody Loves Raymond. Jika kita hanya mencari pengkotbah yang memberi cerita-cerita yang mengharukan dan menggerakkan hati, kita akan lebih puas mendapatkannya dari Oprah atau Dr Phil ketimbang pengkotbah manapun. Kotbah yang baik adalah kotbah yang ekspositori, yang menyatakan pikiran Allah, bukan hikmat manusia. Mimbar-mimbar gereja Tuhan akan menyeleweng bila diisi dengan hanya 25% firman Allah, dan 75% filsafat atau psikologi atau sosiologi atau manajemen. Lagi dari Haddon Robinson yang dengan tegas menyatakan:
“If it's not expository and not solidly biblical, I don't care how wonderful the sermon is, I don't care how people line up at the door to tell you it's a great message, and I don't care how many people break down in tears as they listen—if it's not faithful to the Scriptures forget about it. You're not called to be an actor; you're called to be a preacher.”

3. Mentransformasi hidup umat Allah saat mereka melihat dan bersuka dalam kemuliaan Allah.

Allah mengubahkan manusia dengan menyatakan kemuliaan-Nya, sehingga hidup manusia kembali diletakkan dalam perspektif yang tepat di hadapan Allah, dan terus diubahkan dengan kemuliaan yang semakin besar (2 Kor 3:18). Saat kita berhadapan dengan kesucian Allah, kebesaran, kemuliaan, dan keindahanNya, maka kita juga akan diberi hikmat untuk menerapkan Firman Tuhan tersebut dalam konteks hidup kita masing-masing. Inilah cara Allah.

Kotbah yang baik bukan kotbah yang penuh ilustrasi dan aplikasi praktis tetapi kotbah yang membawa kita mengalami personal encounter dengan Allah. Pengkotbah tidak perlu mengkotbah setiap dan seluruh kebutuhan jemaat yang sangat bervariasi. Saat ia setia membukakan jemaat terhadap kemuliaan, kebesaran, keindahan, kesucian, keadilan, dan kedaulatan Allah, disana jemaat akan diubahkan.

Dua contoh yang saya kemukakan disini. Jika dalam jemaat ada para mahasiwa yang sedang kuatir dan resah tentang masa depannya setelah lulus kuliah apakah ia akan mendapat pekerjaan. Apakah pengkotbah mesti membahas tentang "Bagaimana Mencari Pekerjaan Sebagai Anak Allah?" atau "Bagaimana menjadi Konglomerat bagi Allah"? Tentu tidak. Namun jika ia berkotbah tentang kedaulatan Allah, maka disana mahasiswa tersebut akan melihat bahwa masa depannya ada ditangan Allah, dan saat ia kuatir ia sedang tidak mengingkari kebenaran tentang kedaulatan Allah yang akan memelihara hidupnya.

Jika ada sebuah keluarga yang sedang mengalami ketegangan karena suami dan istri merasa tidak cocok, lalu timbul cekcok tiap hari. Bagaimana misalnya kotbah ttg kesucian Allah dapat berbicara kepada mereka? Saat mereka mendengar pengupasan firman Allah tentang kekudusan Allah, mereka menjadi sadar bahwa misalnya (1) mereka telah berjanji untuk menjadi satu tubuh dihadapan Allah yang suci yang menuntut mereka untuk berjuang memperbaiki relasi yg sudah renggan tsb sehingga baik suami maupun istri tidak melakukan tindakan yg tidak suci, (2) mereka sadar bahwa selama ini setiap hari concern dan pemikiran mereka dikuasai dengan masalah-masalah pribadi yang ketika dibandingkan dengan isu kesucian dan kebesaran Allah tiba-tiba menjadi sangat sepele dan remeh. Mereka lalu berdoa "Tuhan, ampuni kami, karena kami tidak pernah peduli ketika kesucian-Mu diinjak-injak, karena kami sibuk membela hak-hak pribadi kami dan lalu melukai perasaan satu sama lain."

Sebagai jemaat, kita perlu menuntut agar kotbah yang disampaikan memenuhi kriteria di atas. Kita juga perlu mendoakan setiap mereka yang berkotbah agar tetap setia pada Firman.

Sep 1, 2008

MBA turns idealists to pragmatists

In the March 2008 edition of the Academy of Management Learning and Education, Peter Navarro reported a recent web-based survey of the MBA core curricula of top-50 ranked US business schools (e.g., Harvard, Stanford, Yale, Kellogg, Sloan) which highlighted, among others, that in a post-Enron world business schools can and should contribute to the development of ethical workplaces. Unfortunately, a 2004 survey-based study found that:
"...an MBA education doesn't build moral character but actually tears it down--turning incoming idealist students into myopic share price maximizers within the space of two short years" (Navarro, 2008, p. 110).