May 2, 2008

Kedaulatan Allah dan Dosa

Beberapa waktu lalu saya berdiskusi dengan seseorang di sebuah milis Kristen tentang kedaulatan Allah dan penderitaan manusia, sebuah topik klasik yang tidak akan pernah usang dan kuno. Fatal, saya kira, orang Kristen yang tidak menerima kedaulatan Allah untuk hidup dalam realita dunia yang keras dan berdosa ini:

SC: Tetapi sebenarnya Tuhan tidaklah berdaulat penuh atas setiap hal yang terjadi di dunia ini. Tuhan tidak pernah menentukan seseorang untuk diperkosa, Tuhan tidak pernah menentukan terjadinya pembunuhan, Tuhan tidak pernah menentukan terjadinya perceraian.

Sen: Kalau begitu, hal-hal yg terjadi tersebut (pemerkosaan, pembunuhan, perceraian) di luar kontrol Allah? Kalau ya, berarti Allah tidak maha kuasa, karena ada kejadian yg terjadi secara random atau digerakkan sebuah kuasa lain, di luar sepengetahuan dan kuasa Tuhan?

SC: Menurut saya perkosaan, pembunuhan, perceraian dan semua hal yang diluar kehendak Allah terjadi karena dunia ini sudah jatuh ke dalam kuasa Iblis sejak manusia memutuskan untuk jatuh ke dalam dosa. Dari semula Tuhan tidak pernah menentukan kejahatan terjadi di bumi ini tetapi manusia yang memutuskan untuk jatuh ke dalam dosa sehingga Iblis mengambil otoritas yang Tuhan berikan kepada manusia untuk berkuasa di bumi ini.

Sen: Kalau gitu, Allah tidak punya otoritas (mutlak) dong di dunia ini. Implikasi kedua, Iblis lebih berkuasa ketimbang Allah ya?

Ketika ada Hitler, Stalin, Mao, Pol Pot, Soeharto dan tiran lain muncul, itu berarti Allah tidak bisa berbuat apa-apa atas ulah Iblis. Kalau begitu, pengharapan macam apakah yg kita bisa miliki dalam Allah kita? Sungguhkah kita mau menyembah Allah yang selalu dipecundangi oleh Iblis? Saat peristiwa Mei 98 terjadi, dimana Allah? Apakah Allah mengasihi tapi tidak kuasa menghentikan peristiwa tsb karena Iblis menghendaki demikian?

Dua contoh diatas ekstrim. Tapi melukiskan betapa menyedihkan hidup kita (NO Hope!) kalau ternyata Iblis lebih tinggi otoritasnya dibanding Allah. Bgmana lalu kita dapat menjelaskan ayat Alkitab berikut dari Matius 10:29-30: "Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya."

Kalau sesuatu yg remeh, spt burung pipit, saja hidupnya ada dalam kehendak Allah, apalagi puluhan juta korban para tiran dunia diatas? Kalau rambut kita terhitung oleh Allah (yg berarti tiap kali kita keramas, dan ada bbrp helai rambut rontok, itupun Allah tahu dan ada dalam kehendak Allah - sebuah penghiburan bagi orang botak !), apalagi ratusan wanita yang menjadi korban tragedi Mei 98?

Dgn demikian, satu-satunya opsi kita adalah menerima bahwa segala kejahatan dan dosa yg dilakukan manusia terjadi karena itu ada dalam rencana dan kehendak Allah. Dan bukankah ini diajarkan oleh Alkitab kita. Ada banyak contoh, tapi saya kira contoh yg paling ultimate adalah kisah penyaliban Tuhan kita yg dicatat oleh Lukas sbb: "Dia yang diserahkan Allah menurut MAKSUD DAN RENCANA-NYA, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka" (Kis 2:23).

Jika kita tidak menerima opsi diatas, maka konsekuensinya
(1) kita menerima bahwa dosa terjadi diluar kehendak Allah.
(2) Dan kalau begitu besar tindakan dan keputusan manusia yg berdosa, berarti hanya sedikit sekali dong keputusan dan tindakan manusia yg ada dalam kehendak Allah.

Alkitab memberi tempat pada kedaulatan Allah dan kebebasan manusia sekaligus, tanpa berusaha untuk merekonsiliasi kedua kebenaran tsb. Dan itu sebab kita tidak perlu repot-repot melakukan itu (Ul 29:29). Yang jelas, Dia bukan the author of sin, karena manusia berdosa tetap diminta pertanggung jawaban kita nanti. Hal ini muncul jelas dalam kasus Yudas.

Sulit rasanya mengkalimatkan kebenaran lebih baik dari Charles Spurgeon:
Man, acting according to the device of his own heart, is nevertheless overruled by that sovereign and wise legislation ... How these two things are true I cannot tell. ... I am not sure that in heaven we shall be able to know where the free agency of man and the sovereignty of God meet, but both are great truths. God has predestinated everything yet man is responsible?

No comments: