May 29, 2008

Apakah Engkau Lapar dan Haus?

"Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan"

Kalimat radikal ini muncul dari mulut Tuhan kita, dan semakin memperjelas beda antara orang Kristen dengan yang bukan Kristen. Jurang dikotomi ini menganga semakin lebar karena penegasan Yesus memiliki implikasi bahwa orang yang tidak memiliki rasa lapar dan haus akan kebenaran, maka iman Kristiani-nya patut diragukan.

Apakah arti kebenaran yang dimaksud oleh Kristus? Kebenaran disini secara sederhana berarti kumulasi hal-hal yang menjadi kehendak Allah di dalam hidup kita. Ketika para muridnya mengajak Ia makan, Yesus menjawab: “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” (Yoh 4:34) Inilah ‘kebenaran’ yang dimaksud Kristus; yang menjadi makanan bagi diri-Nya.

Salah satu tanda orang hidup adalah memiliki nafsu makan dan minum yang sehat. Orang sakit pun masih ada sedikit keinginan untuk makan. Namun orang mati samasekali tidak ada nafsu makan minum. Demikian pula Jika kita tidak ada nafsu makan dan minum kebenaran Allah, yaitu untuk menjalankan kehendak Allah, kita berarti masih mati rohani, belum mengalami regenerasi oleh Roh Kudus.

Yang kedua, nafsu lapar dan haus ini menjadi cermin karakter kita. Thomas Watson mengomentari Matius 5:6 dengan menggarisbawahi sebuah konsep penting, yaitu bahwa “Desire is the best discovery of a Christian.” Berikut elaborasinya:
What you desire explains your heart. I dare say that there is no one here that desires to go to hell. All want to go to heaven. But that is not the issue. The issue is do you desire to be like Christ? For that is a Christian—not simply someone going to heaven, but a person in whom Jesus Christ has revealed His own righteous life.

The spiritual appetite that Jesus Christ calls for is the desire to be like Christ, not simply have the benefits of Christ. It is the desire to have Christ above all that the world offers. It is the desire for Christ that does not give up or abate because of difficulties or demands. It is the desire for Christ that does not faint at the cost of true discipleship. It is the desire for Christ that cannot be put off for lesser things, or procrastinated over while one ventures after the world (Thomas Watson, Matthew 5:6 The Blessing of Hungering & Thirsting, 124-126).

Kelaparan inilah yang menyatakan natur kekekalan yang ada di setiap hati manusia – kekosongan yang hanya dapat dipenuhi oleh Tuhan. C.S. Lewis dengan senada pernah berkata bahwa kita tercipta untuk ‘dunia yang lain’: “If I find in myself a desire which no experience in this world can satisfy, the most probable explanation is that I was made for another world.”

Alkitab memberi kesaksian bagaimana para hamba Allah memiliki kerinduan yang mendalam dan satu-satunya hanya kepada Allah. Asaf dalam Mazmur 73 menulis, "Siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya." Pemazmur menulis hal yang senada: "Satu hal telah kuminta kepada Tuhan, itulah yang kuingini. Diam di rumah Tuhan seumur hidupku, menyakiskan kemurahan Tuhan dan menikmati baitnya" (Mazmur 27:4).

Jika kita tidak memiliki hasrat untuk mencari kehendak Allah dengan membaca, merenungkan, menelaah firman-Nya, lalu hidup didalamnya, kemungkinan besar ada sesuatu yang sangat salah dengan iman Kristiani kita.

No comments: