Jan 25, 2008

Sexual Addiction

Christianity Today (CT) in the past published three excellent articles on how Christian leaders battle their addiction to lust. The articles instantly became leadership classics - must-read readings on the subject!

I have read all three, which include very candid accounts of a Christian struggling with the sin of pornography. I have referred to them in my sermon and applied the truth in my own life. Now CT publish them as a bible study guide titled Confronting Sexual Addiction with the following intro:

Sex sells. At $57 billion per year, pornography generates more revenue in America than the combined income generated by pro football, baseball, and basketball, according to xxxchurch.com. But this is not an excuse - we must recognize that lust isolates, explores multiple lives, and fosters shame. This study affirms that sexuality comes under God’s kingdom rule. This is a call for greater resolve among followers of Christ to shed light on the problem, stop feeding it, and to be honest about where it will take us. Finally, it points us back to the cross to remind us how much God loves us, even in our failures.

But you can still get the three individual articles full-text on the web:
Article 1: The War Within - The Anatomy of Lust
Article 2: The War Within Continues
Article 3: Gutsy Guilt
...plus an Afterthought: Battle Strategy

Jan 23, 2008

'Private Journals with Megaphones'

Blogs are merely "private journals with megaphones", wrote Russell Jacoby, a history prof at UCLA. Neat definition, isn't it?

He argued in today's Higher Education section of The Australian newspaper that in general blogs are pathetic when it comes to "reasoned contributions to public life." Certainly there is a grain of truth there. One can read lots of useless blogs, become a junkie at that, and, to use Portman's phrase, amuse him/herself to intellectual death. A word of caution there for both blog readers and writers (me included).

Here is another interesting quote from Jacoby:

Jose Ortega y Gasset's fear almost a century ago of the revolt of the masses needs an update. We face a revolt of the writers. Today everyone is a blogger, but where are the readers? A New Yorker cartoon reverses the usual picture of a literary festival with book lovers lined up to get the author's autograph. The cartoon shows a table and a queue, but authors line up to see the reader, who sits behind the table. On the internet, articles, blog posts and comments on blog posts pour forth, but who can keep up with them? And while everything is archived, has anyone looked at last year's blogs?

The full-text article is here.

Jan 21, 2008

New Book: The Discipline of Spiritual Discernment

Tim Challies, yang disebut oleh Justin Taylor (rekan sepelayanan John Piper) sebagai The World’s Most Famous Canadian Reformed Blogger menulis sebuah buku baru yang penting untuk dibaca: The Discipline of Spiritual Discernment.

Tertarik untuk membaca Foreword (oleh John MacArthur), Introduction, dan Chapter 1 dari buku tersebut? Klik disini.

Jan 20, 2008

Gaya Hidup "Akribos" (part 2)

Sejak Mbah Socrates bilang "An unexamined life is not worth living", maka orang di Barat mulai punya bibit kesadaran bahwa yg namanya hidup itu mesti reflektif. Tanpa refleksi, hidup kita akan mudah jalani sembarangan. Lengah. Orang bilang pengalaman adalah guru yang berharga. Tapi saya kira itu salah lho. Yang menjadi guru berharga itu bukan pengalaman, tapi refleksi terhadap pengalaman-pengalaman. Tanpa refleksi, pengalaman-pengalaman hidup itu lewat begitu saja, kayak angin yang bertiup di sela-sela tubuh kita numpang lewat doang.

Kalau ada yg suka bilang gini: "Saya sudah berpengalaman 10 tahun di bidang pendidikan". Kita mungkin jangan keburu kagum dulu. Karena tanpa refleksi, bisa jadi pengalaman 10 tahun itu cuma pengalaman 1 tahun yang diulang sembilan kali ! Jadi kesalahan yg sama tetap dilakukan. Metode yg sama tetap dilakukan dengan hasil yang itu-itu saja.

Hidup Akribos adalah hidup yang reflektif dalam pengalaman hidup keseharian yang kita anggap sederhana, yang sepele, yang remeh. Namun seringkali semua itu tanpa kita sadari membentuk karakter kita in the long run. Berikut beberapa contoh:

1. Dalam relasi suami-istri kita sudah biasa ngomong ke istri atau suami kita dengan asal-asalan. Ngomong tanpa berhadapan muka. Tapi menjerit dari ruangan sebelah. "Eh, loe besok rencana ke rumah si A Bun jadi ga? Hah, apa? Jawab kencengan dikit kek! Hah, bukan, bukan, gua bukannya ngelarang.....gua nanya soalnya kalo lu jadi, gua mau ikut. Apa? Lu ga denger? GUA MAU IKUTTT!" Ini hal sepele, namun cara komunikasi seperti ini dalam 2-3 tahun akan turut membentuk kualitas relasi antara suami dan istri. Lama kelamaan, cara bicara sekenanya akan menjadi sebuah pola. Akibatnya, seringkali komunikasi sambil lalu itu menghilangkan sensitivitas terhadap perasaan pasangan kita. Ujung-ujungnya, cekcok, berantem, pisah ranjang, etc. Ketika sedang marahan, yang dijadikan kambing hitam adalah urusan klasik (anak, uang, mertua, etc.). Padahal akar masalahnya sepele. Yaitu suami istri tsb tidak pernah duduk merefleksikan cara komunikasi mereka yang semakin lama semakin memburuk. Masalah yang persis sama seringkali terjadi dalam relasi orang tua dan anak.

2. Seorang remaja pria yang mulai coba-coba belajar melakukan masturbasi. "Ah, ini khan masalah sepele. Toh semua remaja usia puber melakukannya" (well, at least menurut dia). "Khan ndak ada yang tahu. Toh aku sudah cukup dewasa dalam iman untuk tidak keliwat batas. Mendingan begini daripada apa yang dilakukan teman-temanku, jauh lebih runyam." Maka sesuatu yang awalnya coba-coba, lama-lama jadi enak, keterusan, ketagihan. Tidak lama kemudian, jadi habit. Habit yang tidak pernah habis. Bahkan sampai remaja tersebut beranjak dewasa, sampai punya pacar, sampai menikah dan punya anak. Ketika menginjak usia senja, pemuda yang sekarang telah menjadi kakek tersebut berkata "Aku sudah tidak tahu lagi siapa diriku, mengapa aku berubah menjadi babi yang selalu ke kubangan dosa. Begitu menjijikkan. Tapi aku tak mampu berhenti."

Perhatikanlah dengan seksama bagaimana kamu hidup, tulis Rasul Paulus. Gejala "coba-coba" yang lalu menjadi habit ini muncul dalam bentuk yang berbeda-beda: rokok, obat-obatan, alcohol abuse, mengumpat, dst.

3. Ken Lay, eks Chairman dari Enron, yang tadinya adalah one of the most innovative/highly respected/top-performing global firms, sebelum divonis hukuman penjara seumur hidup karena turut mendalangi the biggest accounting fraud dalam sejarah bisnis, memulai praktek menyulap angka-angka di pembukuan perusahaan itu secara kecil-kecilan. Sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit. Masalah yang paling besar bukan kejahatan kerah putihnya yang semakin menggila, tapi karakternya yang semakin ter-erosi. Sehingga kalau dia membandingkan dirinya di usia 20-an saat dia mulai bekerja di Enron dan di usia 60-an ketika dia divonis oleh pengadilan, dia merasa dia tidak kenal lagi siapa dirinya. Akhir hidupnya begitu mengenaskan, tidak berapa lama setelah ia divonis, ia meninggal karena serangan jantung.

Masih ada banyak contoh lain. Tapi point-nya sudah jelas. Saat kita tidak berhati-hati dengan hal-hal kecil yg kita lakukan setiap hari, yang menjadi taruhannya adalah karakter kita. Apa yang kita lakukan secara konsisten, sekecil apapun hal tersebut, akan mempengaruhi the core of our being.

Permasalahannya, sekitar 95% perilaku kita itu spontan, bukan premeditate. Pikiran, sikap, dan aksi kita meluncur otomatis. Semua itu semacam spillover dari apa yang ada dalam hati kita. “Out of the abundance of the heart the mouth speaks", kata Yesus dalam Mat 12:34. Kalau mobil kita diselip orang, kita tidak pernah menepikan mobil lalu mengerutkan alis dan berpikir, "Gua mendingan ngumpat itu sopir atau ngempet aja dalam hati?" Tapi reaksi kita spontan. Hawa panas naik membakar hati, lalu api tersebut memberi energi kepada sel-sel otot di mulut untuk berkata, "Hey, muke gile loe!" sambil otak memerintahkan kaki untuk injak pedal gas dan tangan untuk menyelip balik sopir gila itu (dan semua itu terjadi dalam dua detik).

Tidak heran apabila Rasul Paulus setelah memaparkan dengan beda manusia lama dan manusia baru, lalu memberikan aplikasi praktis dalam hidup keseharian kita: Jangan berdusta, jangan marah, jangan ada perkataan kotor dari mulutmu, dst. Semua itu adalah spillover dari apa yang ada hati kita.

Itu sebab mari kita hidup dengan Akribos. Perhatikan apa yg kita katakan, pikirkan, perbuat dalam keseharian hidup kita. Karena itu menjadi refleksi apa yang ada di hati kita. Pengamsal dengan arif mengingatkan kita: "Jagalah hatimu dengan kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan" (Amsal 4:23).

Jan 17, 2008

Gaya Hidup 'Akribos'

"Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif" - Efesus 5:15

Hidup orang Kristen berbeda dengan hidup orang dunia, karena standard yang dipakai berbeda. Bijaksana menurut Alkitab berbeda dengan bijaksana menurut dunia. Apa yang dianggap bijak oleh dunia, mungkin dianggap bebal oleh Alkitab. Demikian juga sebaliknya!

Elton John mungkin punya ide cemerlang dgn musiknya, demikian juga Steve Jobs dgn inovasinya dari iPod sampai Macbook Air, dst, namun diluar Kristus mereka tidak akan dapat menjalani hidup sebagai orang bijak menurut kacamata Allah.

Dalam teks Efesus 5:15-17, Paulus memberitahu kita beda orang bijak dan orang bebal.

Kata asli yang dipakai untuk ‘perhatikan dengan seksama’ adalah AKRIBOS. Kata ini berarti exactness, thoroughness, precision, accuracy. Sesuatu yang dibutuhkan oleh seorang ilmuwan yg sedang menganalisa suatu zat dibawah mikroskop dengan sangat teliti dan menyeluruh. Hidup Akribos adalah hidup yang tidak sembarangan. Hidup Akribos adalah hidup yang selalu sepadan dengan standard, dengan sebuah idealisme.

Dalam PB, kata ini dipakai minimal empat kali:
- Matius 2:8 "Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem, katanya: "Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya akupun datang menyembah Dia."
- Lukas 1:3 "Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu."
- Kisah 18:25 "Ia telah menerima pengajaran dalam Jalan Tuhan. Dengan bersemangat ia berbicara dan dengan teliti ia mengajar tentang Yesus, tetapi ia hanya mengetahui baptisan Yohanes."
- 1 Tes 5:2 "karena kamu sendiri tahu benar-benar, bahwa hari Tuhan datang seperti pencuri pada malam."

Menarik sekali mempelajari konteks dimana keempat ayat tersebut muncul, lalu melihat bahwa dalam keempat konteks yg berbeda tersebut, ada persamaan benang merah dalam penggunaan kata Akribos. Yaitu ketelitian dan keakuratan yang begitu tinggi yang mampu dipertanggungjawabkan.

Dalam Matius, kata Akribos digunakan untuk orang Majus yang diminta Herodes menjadi Detektif menyelidiki Bayi Kudus yang baru lahir. Dalam Injil Lukas, kata ini dipakai oleh Dr Lukas melihat dirinya sebagai seorang Jurnalis melaporkan pandangan mata dan pengalamannya bersama Kristus Yesus, Dalam Kisah Rasul, kata ini digunakan Apolos sebagai seorang Guru yang mengajar jemaat Efesus dengan akurat. Terakhir, kata tersebut digunakan jemaat Tesalonika sebagai Murid yang telah menguasai ajaran dengan mendalam ttg kedatangan Kristus. Jadi ada 4 profesi yang muncul menggunakan kata Akribos: Detektif, Jurnalis, Guru, dan Murid.

Dalam Efesus 5:15, kata Akribos ini tidak menggambarkan sebuah profesi, tetapi sebuah gaya hidup. Gaya hidup yang selalu siap siaga, mawas diri, tidak lengah. Efesus adalah kota metropolitan yang paling besar dan paling sibuk di Asia Kecil pada waktu surat ini ditulis, hari ini bagian dari Turki. Bukan hanya itu, Efesus adalah kota pusat penyembahan berhala dengan kuil Dewi Artemis yg sangat tersohor shg semua orang datang berduyun-duyun pergi menyembahnya setiap tahun. Sebagaimana kota metropolitan hari ini seperti Melbourne atau Jakarta, segala macam dosa ada ada di Efesus. Kepada jemaat Efesus Paulus berkata, "Perhatikanlah dengan seksama bagaimana kamu hidup!" Betapa peringatan ini berlaku bagi kita yang hidup di abad ke-21.

Mengapa kita harus hidup dengan Akribos? Ayat 15 dimulai dengan "Karena itu..." Kita lalu bertanya: Karena apa? Jawabannya ada di ayat sebelumnya, ayat 14: "Bangunlah hai kamu yang tidur dan bangkitlah dari antara orang mati, dan Kristus akan bercahaya atas kamu." Kita harus hidup dengan Akribos karena Kristus telah membangkitkan kita dari kematian rohani. Tadinya kita adalah zombie rohani. Hidup bergerak kesana-kemari, tapi mati secara rohani. Seperti Lazarus, kita dibangkitkan oleh Allah dari kematian. Itu sebab hidup kita sebagai manusia baru adalah hidup Akribos.

Anda dan saya akan disebut orang bebal, bila kita hidup terus-menerus ditipu dan dikalahkan oleh dunia, oleh hawa nafsu daging, dan oleh Setan. Ketiga musuh utama orang Kristen ini disinggung Paulus di awal surat ini (2:1-3). Hidupmu jangan lengah, sebab jika engkau lengah, Engkau akan kembali kepada hidupmu yang lama, manusia lama yang selalu berkanjang dalam dosa, sama seperti orang-orang yg belum mengenal Allah. Ayat 11 berkata, "Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu."

Konkritnya, hidup dengan Akribos adalah hidup yang dipimpin oleh firman Allah. Hidup yang diarahkan, diarahkan, dibentuk oleh firman Allah dalam kehidupan keseharian kita. Firman Allah adalah bijaksana hidup yang membuat kita hidup bijaksana. Banyak orang yang namanya Sophia, mulai dari Sophia Latjuba, Sophia Loren, dst. karena arti Sophia adalah bijak. Bebal dalam ayat 5:15 berasal dari kata asophia. Kata philosophy berasal dari dua kata philo-sophia yg berarti orang yg mencintai kebenaran. Orang yang suka bijaksana hidup.

Jika kita tengok ke belakang ke tahun 2007, apakah kita sering lengah, terus-menerus menjadi bahan tertawaan Setan? Pemazmur berdoa kepada Tuhan, “Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih, Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu.... Dalam hatiku aku menyimpan janjiMu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau.”

bersambung...

The Truth shall set you free!


Die Wahrheit wird euch frei machen. That's the motto of University of Freiburg in Germany, one of the oldest and most respected universities in the world. It is literally taken from the Scripture: The Truth shall set you free (John 8:32). Top universities in the world were initially started in the 12th century with a passion to study the world and its Creator, something that is made possible by the orderliness with which God has weaved into His designs. However, the emerging rationalism and humanism in the 18th century staged a coup on theology as the queen of science. Since then the secularization process began.

To understand that process and its profound consequences, check this useful website, The Redemption of Reason, a conference for Intentional Christian scholars in conversation with the Secular mindset today. The website contains links to profound writings by concerned Christian scholars from multiple generations, such as Lewis, Malik, Schaeffer, Noll, etc. Their latest conference featured Dr Dallas Willard.

O'Donovan's on Morally Awake

If you fancy weighty theological stuff, here is the 2007 New College Lecture Series by Professor Oliver O'Donovan, entitled Morally awake? Admiration and resolution in the light of Christian faith. Here is a snapshot:

There is one metaphor in Scripture that seems to me to capture the dynamic of moral thinking, and that is “wakefulness”. The metaphor of wakefulness draws our attention to the fact that moral attention faces in more than one direction: to reality as it is, to possibility as it has yet to be realised, and to ourselves as actors. It brings together attentiveness and alertness: attentiveness to the realities that present themselves, alertness in responding to them. So it captures the nuclear core of our moral experience, the sense of being so situated in the world that certain practical dispositions are elicited from us. At the same time it forces us to look from our routine moral experience to the ultimate question of our final destiny.


The full pdf text and mp3 file are available here.

Jan 14, 2008

Computer Games bad for kids

An important piece of the latest research evidence for parents:

"CHILDREN should be banned from playing computer games until the age of seven because the technology is "rewiring'' their brains, it has been claimed. Bombardment of the senses with fast-pace action games is said to be causing a shortening of attention span, harming the ability to learn."

Read the entire article here.

Manusia Lama dan Baru (bag. 2)

Dalam sekolah Kristus, Ia sebagai kepala sekolah berkata, “Ganti bajumu dengan pakaian yang baru!" Pakaian baru tersebut telah Ia sendiri ciptakan bagi kita. Tapi pertanyaannya bagaimana kita mengenakan manusia baru yang Ia telah ciptakan tersebut? Yaitu manusia yang memiliki perpektif, pikiran, perasaan, perilaku, dan prioritas hidup yang berkenan pada Allah.

Jawabanya ada di ayat 23: Kamu dibaharui dalam roh dan pikiranmu. Dalam bahasa Inggris, terjemahannya lebih jelas: Be renewed in the spirit of your mind. Struktur kalimat aslinya seharusnya membuat kalimat tsb berbunyi: And be constantly renewed in the spirit of your mind. Ada beberapa prinsip yang penting yg kita perlu perhatikan dari struktur kalimat ini, dan ini perlu kita mengerti bukan supaya kita menguasai Alkitab, tapi supaya kita dapat hidup menyenangkan Allah.

Pertama, kata ‘be renewed’ ditulis dalam bentuk continuous present tense, menunjukkan bahwa kita secara konstan terus-menerus diperbaharui. Ini berbeda dengan kata “Put on” yang ditulis dalam bentuk Aorist tense yang menunjukkan bahwa ini adalah aksi yang telah selesai terjadi di masa lampau (a past completed action).

Kedua, kata ‘be renewed’ ditulis dalam bentuk passive voice, yang berarti kita tidak memperbarui pikiran kita sendiri, tetapi kita diperbarui oleh sebuah kuasa dari luar diri kita, yaitu kuasa Ilahi Allah Roh Kudus yang menyucikan kita.

Pembaruan pikiran kita terjadi saat pikiran kita dipenuhi oleh kebenaran firmanNya. Berikut beberapa ayat firman Tuhan yang mengajarkan kebenaran ini:

Kol 3:2-3 Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah.

Fil 4:8: Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.

Mzm 119:11 Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu. Dengan segenap hatiku aku mencari Engkau, janganlah biarkan aku menyimpang dari perintah-perintah-Mu. Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau.

Kita tidak akan pernah berhasil menjadi suci, menjadi orang yang berkenan pada Allah, dengan usaha kita sendiri. Allah bekerja dengan dan melalui firmanNya yang lebih tajam dari pedang bermata dua, sanggup memisahkan pertimbangan dan pikiran hati kita. Saat pikiran kita semakin 'saturated' dengan kebenaranNya disanalah Allah perlahan mengubahkan perspektif dan prioritas hidup kita. Kecederungan hati kita, affection kita tidak lagi pada dunia dan segala tawaran manisnya, tetapi kepada Allah.

Manusia Lama vs Manusia Baru

Kamu telah belajar mengenal Kristus. Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus, yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya (Ef 4:20-24).

Apa artinya menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru?

Ayat paralel teks diatas dari Kolose 3:8-9 berbunyi: “Tetapi sekarang buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu. Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui.” Inilah prinsip penafsiran Alkitab yang penting. Yaitu Alkitab ditafsirkan oleh Alkitab sendiri. The best commentary of the Bible is the Bible itself. Dari ayat tersebut, kita mengerti bahwa arti menanggalkan manusia lama bukan hanya soal perilaku. Perhatikan tadi Kolose menulis “karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya. Manusia lama itu merujuk kepada siapa diri kita, yaitu perspektif hidup kita, sikap hidup kita, prioritas hidup kita, perasaan kita, dan perbuatan kita.

Mengenakan manusia baru dalam Kolose dijelaskan sebagai berikut di ayat 12: “Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihiNya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, dan kesabaran.” Dalam sekolah Kristus, inilah baju seragam yang harus kita kenakan. Kita belajar dalam sekolah Kristus untuk ditransformasi menjadi orang yang berbelas kasih, bermurah hati, rendah hati, lemah lembut, dan sabar.

Analogi yang paling tepat menggambarkan kebenaran ini adalah peristiwa Yesus membangkitkan Lazarus yang telah mati selama 4 hari dan tubuhnya mulai membusuk dan bau. Namun Yesus bersabda dan firmanNya tsb membangkitkan Lazarus dari kematian. Yoh 11:44 mencatat “Orang yang telah mati itu datang keluar, kaki dan tangannnya masih terikat dengan kain kapan, dan mukanya tertutup dengan kain peluh.”

Anda ingat apa kalimat berikut yang keluar dari mulut Tuhan kita? “BUKALAH KAIN-KAIN ITU, dan biarkanlah ia pergi.” Bukalah kain-kain itu! Tanggalkan baju kuburan itu. Copot baju itu karena itu baju untuk orang mati itu. Karena ia sekarang tidak lagi mati, tetapi hidup.

Kalau Anda dan saya yang tadinya mati secara rohani, dan telah mendengar seruan Kristus yang membangkitkan kita dari kematian, namun kita masih berjalan kesana-kemarin dengan baju kuburan, ada sesuatu yang tidak beres dengan hidup kita. Kita bukan orang mati, mengapa kita masih pakai baju orang mati? Kita sudah dimerdekakan dari belenggu dosa, mengapa kita masih pakai baju orang tahanan?

Ini konsep yang penting kita mengerti. Itu sebab Ef 4:22-24 ini dijelaskan panjang lebar oleh Paulus dalam 4 pasal kitab Roma, pasal 5,6,7,8. Jika Anda dan saya mengaku telah percaya Kristus, masuk dalam sekolah Kristus, namun masih memiliki perspektif hidup, nilai hidup, sikap hidup, prioritas hidup, dan kebiasaan-kebiasaan yang sama seperti dahulu, tidak ada perubahan, Anda dan saya perlu bertanya, BENARKAH SAYA SUDAH MENGENAL KRISTUS? BENARKAH SAYA SUDAH DISELAMATKAN?

Kristus berkata, “Ganti bajumu”, namun kita cuma merapikan baju kita yang lama, kita cuma tambahin aksesoris di baju kita, pakai pin, pakai dasi, ditutup dengan jaket, namun pakaian lapisan dalam yang lama itu tetap kita kenakan. Artinya: Setelah kenal Kristus, kita tetap adalah manusia yang cinta uang, yang terikat dengan pornografi, yang memandang rendah orang lain, yang suka mengumpat, yang egois, dan seterusnya.
Kita masuk sekolah Kristus tidak dengan hati yang sungguh-sungguh. Hidup yang telah dibenarkan dalam Kristus akan melahirkan kesucian hidup, kecintaan terhadap Allah terhadap pekerjaan Allah, dan kebencian terhadap dosa. Jika setelah dibenarkan dalam Kristus tidak ada kesucian hidup, keselamatan Anda perlu dipertanyakan.

1 Yoh 2:15 mencatat: Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.

Mari kita periksa diri kita saat ini. Kita yang mengaku Kristen, tetapi kita tidak pernah punya niat untuk meninggalkan dunia, dosa, dan si Jahat, tidak ada kemauan untuk berubah, Anda perlu meragukan keselamatan Anda. Jangan pikir karena sudah jadi anggota gereja, ikut pelayanan dalam gereja, maka keselamatan Anda terjamin. Perubahan gaya hidup adalah tanda dari keselamatan, buah dari keselamatan.

Anda mungkin lalu berpikir, Wah, rasul Paulus kok muter-muter ya nulisnya? Kenapa ga langsung saja bilang, “ Okay, kamu sekarang sudah Kristen. Tinggalkan kebiasaan burukmu. Bangun kebiasaan yang baik mulai hari ini. Miliki kesucian hidup” Khan lebih jelas, lebih straightforward.

Karena sekolah Allah bukan sekolah orang Farisi, bukan sekolah yang legalistik, bukan sekolah yang berisi peraturan moral yang dipatuhi dengan kemampuan usaha manusia. Mari kita baca lagi ayat 24: mengenakan manusia baru yang telah DICIPTAKAN menurut kehendak Allah. Manusia baru ini bukan usaha kita. Tapi telah diciptakan oleh Allah. Kita tidak diperintahkan untuk mengejar hidup suci, karena Allah telah memberikan itu. Sekolah Allah bukan performance-oriented school, yang muridnya dituntut mati-matian ‘hidup suci’, dan dinilai oleh Allah dengan High Disctinction atau Fail.

Dalam sekolah Allah, kurikulumnya bukan self-improvement program. Tapi kurikulumnya adalah grace-based. Berdasar anugerah. Allah menciptakan manusia baru, dan itu berarti semua perspektif, pikiran, perasaan, dan perilaku yang kita harus kenakan itu sudah Allah ciptakan. Karena Allah Roh Kudus bekerja dalam hati kita sbgmana Paulus jelaskan dalam Efesus pasal 1.

bersambung...

Jan 11, 2008

Alkitab dan Weight-Loss Program

Sebuah artikel menarik dari Washington Post, yg muncul di The Age Online.


Berikut cuplikan artikel tersebut. Komentar singkat saya ada dibawah.
A YEAR ago Baptist minister Steve Reynolds told his Virginia congregation they were praying too much at the altar of fatty foods and put them on a diet. About 250 people, most of them members of Mr Reynolds' Capital Baptist Church, joined his Bod4God weight-loss program that combined Christian principles with a low-fat diet and exercise. They lost 952 kilograms in about 12 months.

"It was wonderful," said Diane Cornell, a homemaker from Falls Church, Virginia, who shed 21 kilograms. "It was like you got your life right with God and the weight just came off."

The program has been so successful that Mr Reynolds is launching the 2008 version of Bod4God with a luncheon on January 19 at the church. As many as 300 people are expected to enrol for the first of three sessions this year.

They also study the Bible, focusing on verses that appear to apply to issues of health and body image, such as Romans 12:1-2 — "I beseech you therefore, brethren, by the mercies of God, that you present your bodies a living sacrifice, holy, acceptable to God, which is your reasonable service."

Mungkin ini jadi contoh yg paling baru dan kocak tentang beda orang Kristen yang Alkitabiah dan Ayatiah. Comot-comot ayat untuk mendukung opini pribadi seperti buku primbon.

Kalau Roma 12:1 dipakai sebagai justifikasi utk program weight-loss, karena tubuh mesti jadi persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan pada Allah, berarti itu bisa juga dipakai sebagai justifikasi oleh:
- Ethical Tobacco Company Executive: "Smoking is Dangerous to Your Lung, Remember Romans 12:1-2"
- Alcoholic Anonymous Group Leader: "Alcohol ruins your lever. Let us recite again Romans 12:1-2"
- Vegetarian Advocate: "No meat, no fat, no bbq pork; they damage your heart. Romans 12:1-2 rules against it"
- Dermatologist: "No exposure to UV index, it will grow cancerous cell in your body. Reason: Romans 12:1-2"
- Water Saver Ad: "Four-minute once-a-day shower is best to avoid dry skin. It's biblical. See Romans 12:1-2"
- Yoga Teacher: "Christian Yoga is good for your body health. I am supported by the bible Romans 12:1-2"
- Retail Therapist: "Going shopping twice a week rejuvenates your soul and body. Romans 12:1-2 supports that"
- Greenist: "Leave your car. Walk, jog, run to and from work. It's good for your body. Ref: Romans 12:1-2"
- Milk Enthusiast: "Romans 12:1-2 says body is important to God. Drink Milk. It does your body good"
- Shiatsu Massage Specialist: "We fix your tense muscle in no time. Romans 12:1-2 said, Relax your muscle"
- Etc...

Ada cukup banyak buku Kristen yang memberitahu bahaya penafsiran Alkitab yang sembarangan, misal D.A. Carson's Exegetical Fallacies, James Sire's Scripture Twisting, dst, Sayang tidak digubris.

Memang program weight-lost ada bagusnya. Berguna dan mungkin perlu didukung. Cuma tidak perlu memaksa pemakaian ayat-ayat untuk menampilkan kesan itu Alkitabiah, bila itu diambil diluar konteks dan melenceng dari makna yang dimaksud oleh penulis kepada penerima surat yang pertama kali. Lagian, jika gereja fokus pada weight-lost program, bagaimana dampaknya pada issue-issue yg lebih penting. Misalnya, bagaimana kita menjadi lebih serupa Kristus terlepas dari berapa berat badan kita.

Family Christmas Snapshot

Here is a snapshot of our family Christmas dance.
Too bad the actual video is already unavailable.

Jan 9, 2008

Hidup Sepadan dengan Panggilan

Panggilan hidup atau vokasi hidup berasal dari kata vocare (Latin) atau kalein (Yunani). Di Alkitab, baik PL maupun PB, kita menemukan Allah sebagai Caller (Pemanggil) para hambaNya (Abraham, Musa, Yesaya, misalnya) dan umatNya. Dalam PB, umat perjanjian disebut sebagai Ekklesia, yang berasal dari kata ex (dari) dan klesis (dipanggil) dan berarti dipanggil keluar. Itu berarti kita adalah umat yang dipanggil keluar dari dosa oleh Allah untuk melayani Allah di dunia ciptaanNya. Inilah yang biasa disebut sebagai ‘panggilan umum.’

Alkitab juga mengajarkan tentang panggilan khusus. Yaitu bahwa setiap orang Kristen mendapat suara panggilan Allah untuk mempersembahkan seluruh dimensi kehidupan mereka sebagai ibadah mereka kepada Allah. Dengan demikian tidak ada dualisme antara klergi dan awam, rohani dan sekuler, orang Kristen full-time dan part-time, gereja dan dunia.

Dalam bukunya The Call, Os Guinness menggambarkan orang yang hidup sesuai dengan panggilan Allah ini sebagai berikut: “Hidup yang dihidupi menjawab panggilan Kristus sehingga kepribadian, karunia rohani, dan talenta naturalnya mengalami pembaruan sedemikian rupa sehingga semua itu dipakai bukan untuk kepentingan pribadinya, keluarganya, atau bahkan orang lain, tetapi untuk Allah, yang akan meminta pertanggungjawaban darinya atas semua itu.”

Kita tidak dapat memilih panggilan Allah untuk kita. Kita hanya dapat menemukannya, menerimanya, dan menjalankannya.

Guinness menekankan bahwa setiap kali kita berbicara soal panggilan, kita harus bertanya “Siapa yang panggil?” dan “Dipanggil untuk apa?” Dalam kitab Efesus, kita mendapat jawaban kedua pertanyaan tersebut. Pertama, kita mendapat panggilan untuk bertobat dan kembali kepada Allah dalam Kristus Yesus (Efesus 1-3). Kedua, panggilan untuk hidup memuliakan Allah (Ef 1:6,12,14).

Jadi kita dipanggil pertama-tama kepada ‘Seseorang’ sebelum kita dipanggil untuk melakukan ‘sesuatu’. Panggilan untuk memuliakan Allah tersebut dijelaskan oleh Paulus muncul dalam berbagai konteks hidup kita, yaitu gereja (Ef 4:1-16), pribadi (Ef 4:17-32), pernikahan (Ef 5:21-33), rumah tangga (Ef 6:1-4), tempat kerja (Ef 6:5-9), dan masyarakat (Ef 6:10-18).

Berikut definisi (sementara) saya tentang panggilan Allah, berdasar Efesus 1-6:
Panggilan Allah dalam Kristus Yesus kepada umatNya yang dikerjakan oleh Roh Kudus yang mentransformasi seluruh dimensi hidup mereka agar sepadan dengan panggilan tersebut.

Itulah sebabnya setiap kali seorang Kristen memikirkan perannya sebagai soerang anggota gereja, seorang suami/istri, orang tua, seorang anak, seorang pegawai, seorang profesional, seorang manager, seorang warga negara, maka ia berhadapan dengan sebuah tantangan. Tantangan untuk menginterpretasi seluruh aktivitas yang tercakup dalam berbagai peran tersebut dalam terang panggilan untuk mengasihi Allah dan sesamanya.

Itu berarti saya bukan hanya dipanggil sebagai suami, ayah, dosen, tetapi saya dipanggil sebagai seorang suami, ayah, dan dosen di dalam rangka saya mengasihi Allah dan sesama manusia melalui peran saya tersebut.


Bagan dibawah ini mungkin membantu memperjelas:

New Year's Dilemma

I last blogged Dec 16 2007. Today is Jan 9 2008.
Nearly a month has passed.

During that holiday period, I had too much fun living in a real life, so much so that I found it difficult to find the time to stop and write. But the trappings of the real life at Christmas and its after-effects can be lethal in the absence of deep reflection. If the real life is a bus, I may need to shout, "Stop, I want to get off here and now!" I found blogging to be therapeutic at times, and will try to make it more so in 2008.

Which is why I wanted to play catch up, speaking out my cluttered mind.
Which is why I gave this blog the long-due facelift it deserves.

Problem is... time.

To me, blogging is a luxury. Especially 'naked blogging' (you know, the type that you are reading now, the candid spell-out-what-you-have-in-your-heart type). Though it keeps me honest before God. So I can only try, living this life with a fitting rhythm. Getting on the bus and off the bus.