Apr 15, 2008

Kuliah di Australia: Apa Uniknya?

A short article I recently wrote for a local Indonesian magazine in Melbourne called BUSET (Bukan Sembarang Tabloid), in their March 2008 edition.
--------------------------

Jika Anda punya uang $45,000, apa yang Anda paling ingin lakukan dengan uang tersebut? Beli mobil baru yang keren? Bayar down payment untuk mortgage rumah? Adakan pesta mewah di Dockland selama 7 hari 7 malam? Bagaimana kalau ambil Bachelor degree di salah satu universitas di Australia, karena itulah yang dilakukan sekitar lima belas ribu mahasiswa Indonesia. Meski merasa sakit hati saat membayar sekitar $45-60K untuk mendapatkan tiga atau empat huruf dibelakang nama (BBus, BEng, BArt, asal jangan BLoon), banyak yang rela hidup menderita selama tiga tahun bergaul dengan textbook. “Demi masa depan, bo!”

Itu sebab saya pikir pengalaman tiga tahun di uni yang super mahal tersebut harus dinikmati sebesar-besarnya. Dimanfaatkan setinggi-tingginya. Dan dijalani sebijak-bijaknya (apalagi kalau kita pikirkan betapa mayoritas rekan-rekan kita di tanah air yang berusia 17-24 tahun tidak pernah merasakan universitas). Itulah tujuan kolom baru “Sarjana BUSET” ini. Untuk kolom pertama ini, saya ingin memberi preview tentang menu kolom kita setiap bulan. Tapi tentu menu tersebut bisa disesuaikan dengan selera atau kebutuhan Anda sebagai para pembaca.

Saya menulis kolom ini dari kacamata seorang eks-mahasiswa yang kini berada di sisi lain dari pagar pendidikan, yaitu sebagai dosen. Jadi kalau dulu saya kesel sama dosen yang gayanya lebih galak dari Hitler tapi otaknya tidak lebih gede dari pak Ogah, maka sekarang sayalah si Hitler-Ogah tersebut. Bedanya, sebagai dosen, saya tidak merasa seperti Hitler atau pak Ogah, lebih seperti gabungan antara Gandhi dan Einstein (hahaha…).

Menurut saya, selain biayanya yang mahal, minimal ada 5 hal lain yang unik tentang kuliah di Australia

1. Budaya Belajar Aktif
Jangan kecil hati jika Anda kaget ½ mati melihat beda antara metode belajar/ mengajar di SMA di Jakarta dengan universitas di Melbourne. Begitu Anda masuk uni semester pertama, ada sebuah asumsi yang tidak tertulis, yaitu bahwa Anda harus aktif di dalam semua hal. Aktif berpikir, aktif berpendapat, aktif bertanya, aktif memberikan solusi, aktif berstrategi mengatur waktu. Hal ini berlaku di kelas, dalam membuat assignment, dst. (tapi jangan ‘aktif’ waktu ujian berlangsung). Dan semua itu memakai Inggris sebagai bahasa pengantar.

Dalam pengamatan saya, disinilah letak kelemahan kita sebagai orang Indonesia dibanding dengan orang bule atau orang Asia lainnya yang berbasis Inggris (India, Singapore, Malaysia). Kita tidak aktif bukan karena kita bangsa yang bodoh (Indonesia meraih emas lho dalam Olimpiade Fisika dan Matematika Internasional). Tetapi karena budaya pendidikan kita dari TK sampai SMA tidak mendorong kita untuk aktif mengekspresikan diri kita dengan sistematis dan logis secara verbal maupun tertulis, apalagi dalam bahasa Inggris. Budaya paternalistik “guru selalu benar” yang sangat kuat membuat kita pasif, hanya bereaksi terhadap perintah guru. Inisiatif dan kreatifitas biasanya dianggap kurang ajar.

2. Modal Kemampuan Dasar
Hari pertama Anda kuliah, Anda akan langsung merasakan betapa kemampuan dasar seperti mendengar, membaca, menulis esai, berpikir kritis dan kreatif, mengemukakan pendapat, berargumentasi; semua itu penting untuk bisa sukses di Australia. Topik-topik ini akan muncul dalam kolom ini dalam edisi-edisi berikutnya.

Mendengar, misalnya, kelihatannya sepele, tapi ternyata tidak semudah yang kita pikirkan. Mengapa? Karena mungkin dosen kita berasal dari salah satu kota kecil yang terletak di pedalaman Victoria (Wagga Wagga, misalnya), jadi bahasa Inggrisnya sangat medhog Aussie. Jadi yang kita denger cuma “wha rhe wha rhe wha rhe wha, maaitt.” Tapi seriously, di lecture kita dituntut bukan hanya bisa mendengar, tapi mendengar untuk mengerti keseluruhan dari konsep yang dipaparkan. Dan beda dosen Indo dengan dosen Aussie. Dosen disini tidak boros kata-kata. Tidak bertele-tele. To the point. Padat. Itu sebab setiap kalimatnya penting. Jadi mahasiswa yang mendengar dengan serius akan merasa kecapaian setelah mengikuti kuliah yang cuma 60 menit!

3. Kemandirian dan Disiplin yang tinggi
Anda mungkin sudah tahu bahwa rata-rata orang Australia itu individualistis. Yang Anda mungkin belum tahu adalah bahwa Australia memang negara kedua yang paling individualistis setelah Amerika. Dalam konteks seperti itu, maka di kelas, Anda praktis diharapkan untuk memang bisa mandiri, baik oleh dosen maupun oleh sesama mahasiswa (maksudnya: Jangan nanya-nanya gua, jangan nyontek assignment gua). Belajar sendiri, ngerjain assignment sendiri, research sendiri, dst. Meski bisa ada study group, pada akhirnya banyak hal yang mesti dilakukan sendiri. Bahkan dalam group project sekalipun, setiap anggotanya mesti mampu menghasilkan kualitas kerja yang minimal seimbang dengan yang lain secara individu.

4. Partisipasi di kelas
Soal partisipasi di kelas, dari pengalaman saya mengajar di Monash Uni (sekitar 7 tahun), mahasiswa Indo itu biasanya paling pasif. Memang ada mahasiswa Indo yang aktif, tapi itu perkecualian. Kalau orang bule, belum ditanya mereka sudah angkat tangan tidak sabar untuk memotong kalimat saya. Di kelas Leadership saya, tidak jarang saya mesti nerusin kalimat saya sambil mata saya memandang 2-3 orang bule yang tangannya lagi di udara mengacung. Pandangan mata tersebut seakan memberitahu mereka, “Tunggu bentar! Tanggung ini kalimat. Ga sabar amat sih!” Demikian juga mahasiswa Asia lainnya relatif lebih aktif partisipasi, termasuk dari China yang menurut saya rata-rata Inggrisnya juga belepotan. Sering mereka ngomong satu kalimat yang panjang, dan setelah selesai, saya tidak ngerti samasekali apa yang mereka katakan. Jadi dengan sopan, saya minta mereka ulangi lagi. Kali kedua, tetap saya tidak mengerti! Hahaha… Point saya adalah meski Inggris mereka pas-pasan, secara umum mereka lebih berani berpendapat menyatakan pendapat.

Mengapa partisipasi penting? Karena dengan berpartisipasi, Anda pasti lebih ingat topik yang sedang dibahas. Kalau kita pernah mengutarakan pendapat tentang suatu isu, kemungkinan kita ingat isu tersebut saat exam sangat besar. Ada manfaat lain memang, tapi tunggu deh kolom yang akan datang. Khan ini preview!

5. Paradigma Ilmu
Apakah hal yang paling berharga yang kita dapat dari program bachelor di uni? Yang pasti, Anda tidak dapat menjadi seorang pakar hanya dengan modal S1. Tetapi yang berharga adalah paradigma berpikir yang kita bangun. Misal, jika Anda mengambil program bisnis (BBus atau BCom, misalnya), disadari atau tidak, Anda akan mulai membangun paradigma bisnis. Kita dikondisikan selama 3 tahun untuk berpikir tentang untung-rugi. Lulusan akuntansi akan berpikir bagaimana memaksimalkan shareholders’ value. Lulusan marketing akan berpikir bagaimana segmentasi, target market, dan positioning produk atau jasa akan menjadikan produk/jasa tersebut the major player in the market. Lulusan manajemen akan berpikir strategis untuk melakukan sintesis dari setiap bidang mencapai sinergi 2+2 = 7. Dan seterusnya. Paradigma ini berharga (dan bisa berbahaya) untuk menolong kita sukses dalam karir.

Ada banyak hal yang lain, tapi ruang terbatas untuk kolom ini. Ikuti kolom berikutnya. Kalau Anda ingin memberi tanggapan atau pertanyaan seputar seluk-beluk dan lika-liku hidup sebagai seorang mahasiswa, silakan tulis email ke redaksi BUSET

3 comments:

Anonymous said...

siang pak, nama saya mega. saya ada rencana untuk kuliah di ausrtrali (yah cuman rencana kalo tuhan berkehendak lain apa yang bisa saya perbuat) kira - kira universutas mana yng biaya nya tidak terlalu mahal kalo saya mau ambil jurusan nursing atau perhotelan/tourism?? kendala yang paling besar adalah biayanya, jadi bapak bisa kasih saya perkiraan untuk tahun pertama saya, berapa yang saya butuhkna, and bisa ga kalo saya ambil kerja part time? why australi? coz temen saya banyak yang kuliah di indonesia akhirnya sekarang masih nganggur dan biaya kuliah di indonesia juga tiudak murah sama sekali,
sekali lagi, atas perhatiannya saya ucapkan terima kasi
sebelumnya saya minta maaf kalo bahasa saya sedikit kacau, karena ini pertama kalinya saya bertanya ato post seperti ini jadi sekali lagi terima kasih pak

yanmaneee said...

adidas tubular shadow
yeezys
nike air force 1
jimmy choo shoes
hermes bags
jordan shoes
nike epic react
yeezy boost 350 v2
jordan sneakers
kobe shoes

Unknown said...

continue reading this try here Read Full Report his explanation Go Here find more information