Apr 27, 2008

Beyond Common Sense

'Beyond Common Sense' - Pengantar Kotbah di Bukit

Doa Charles Spurgeon untuk mengawali perenungan kita terhadap kotbah di bukit:
"Lord, as thou hast opened thy mouth, do thou open our hearts; for when the Redeemer's mouth is open with blessings, and our hearts are open with desires, a glorious filling with all the fulness of God will be the result, and then, also shall our mouths be opened to show forth our Redeemer's praise."
Komentar dan tulisan yang membahas kotbah Yesus ini tidak pernah berhenti mengalir, lebih dari 200 buku telah ditulis tentangnya, mulai dari bapa gereja St Augustine sampai Dallas Willard.

Kata "bahagia" (makarios) yang dipakai Tuhan kita dalam Delapan Ucapan Bahagia yang mengawali kotbah di bukit Matius 5-7 tidak mengacu kepada sebuah EMOTIONAL STATE, namun kepada sebuah OBJECTIVE JUDGMENT. Yaitu penilaian Allah yang objective terhadap kondisi manusia. Ketika Yesus berkata "Berbahagialah mereka yang berdukacita" misalnya, itu tidak berarti bahwa kita lalu secara subjektif memiliki perasaan bahagia, tetapi sebuah kondisi objektif yang Allah nyatakan kepada orang-orang tersebut. Penilaian Allah ini tidak logis, tidak masuk akal, minimal dalam 3 hal:

1. Kristus mengajarkan karakter-karakter tersebut secara khusus memang pada murid-muridNya (Matius 5:1), namun pendengar kotbah tersebut juga termasuk mereka yang belum percaya, ragu-ragu, skeptis terhadap Kristus. Di hadapan mereka, Ia mendeklarasikan cara hidup bagi warga Kerajaan Surga. Ke-8 karakter tersebut tidak hanya berlaku bagi pendeta, penginjil, majelis, aktivis gereja, atau mereka yang sudah lama menjadi Kristen, tetapi semua orang yang berada di dalam Kristus. Bukan hanya itu. Setiap murid Kristus bertanggung-jawab menampilkan ke-delapan karakter tersebut tanpa pilih-pilih, seperti halnya Buah Roh (Galatia 5:22). Bahkan bukan hanya delapan karakter tersebut, tetapi bahkan seluruh isi Matius 5-7.

2. Diluar Kristus, tidak ada yang mampu memiliki karakter-karakter tersebut. Yang belum percaya kepada Kristus mustahil dapat memiliki karakter2x dalam kotbah di bukit tersebut dengan usahanya sendiri. Tanpa iman kepada Kristus, tidak ada orang yang dapat menyenangkan hati Allah. Semakin mereka berusaha keras, semakin mereka sadar akan ketidakmampuan mereka, dan sadar bahwa mereka butuh Kristus untuk dibenarkan. Kesadaran bahwa mereka tidak sadar itu adalah anugerah Tuhan yang bekerja dalam hati orang yang belum bertobat. Namun bagi yang sudah percaya, kita dimampukan oleh pekerjaan Roh Kudus untuk melakukan itu untuk menyenangkan Tuhan. Jadi deklarasi bahagia ini ketika dikejar akan membawa orang (atas anugerah Allah) kepada Kristus, dan ketika ia sudah berada dalam Kristus, ia akan dibawa kembali kepada deklarasi tersebut untuk dapat hidup senantiasa mendapat perkenan Allah.

Orang dunia mengagumi orang yang memiliki rasa percaya diri. Jika ingin mendapat promosi di tempat kerja, seringkali kita dipaksa untuk lihai meninggikan diri sendiri dengan memaparkan prestasi dan keberhasilan kita. Demikian juga kalau membuat resume untuk mendapatkan interview kerja. Sementara Yesus menyebut berbahagia orang yang miskin rohani (poor in spirit). Orang dunia mencari kekayaan materi, status, posisi, sementara orang percaya menurut Yesus merasa lapar dan haus akan kebenaran Allah. Itu sebab di luar Allah, tidak mungkin karakter2x ini bisa dimiliki. Inilah mengapa ini 'beyond common sense'.

3. Delapan perilaku dan janji bahagia tersebut berlaku untuk masa hidup kita di dunia, tetapi juga di sorga kelak. Di dalam Matius 4:17, Yesus berkata “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” Kerajaan Sorga sudah datang karena Kristus telah berdiam dan memerintah dalam hidup mereka yang percaya. Tetapi, di sisi lain, Kerajaan Sorga masih akan datang dimana nanti Kristus akan memerintah secara mutlak secara fisik. Already and not yet.

Yesus berkata, “Berbahagialah mereka yang berdukacita (karena dosa), mereka akan dihiburkan.” Kapan ini terjadi? Masa kini. Kita akan menerima kelegaan dari Allah hari ini (Matius 11:28). Tetapi janji ini juga mengacu kepada jaman akhir dimana kita hidup dalam bumi yang baru dan surga yang baru dimana tidak ada lagi air mata, maut, duka atau ratap tangis (Wahyu 21:4). Inilah Kerajaan Sorga yang sudah datang dan sekaligus yang akan datang.

Kotbah di bukit sungguh beyond common sense. Seluruh isinya berlaku bagi setiap orang percaya tanpa kecuali yang dituntut menghidupinya hari ini didunia, namun akan terus gagal tanpa Roh Kudus bekerja, dan yang tidak akan pernah sempurna melakukannya dan yang tidak akan pernah menerima janji Kristus secara final selama di dunia ini sampai kita bertemu denganNya.

No comments: