Mar 3, 2008

Menebus Dunia Pendidikan

Bedanya polemik tentang Kristen dan Pendidikan di Indonesia dan Australia memang menarik untuk diperhatikan. Di Indo, yang menjadi isu adalah mayoritas dan minoritas. Karena Kristen itu dikondisikan sbg 'minoritas' maka pendidikan Kristen mesti dibatasi. Di Australia, yg notabene negara sekuler, pemerintahnya sendiri sewot melihat menjamurnya pendidikan berbasis kepercayaan iman, seperti yang diberitakan baru-baru ini di The Age.

Pemerintah Oz gusar karena jika para pelajar diajarin Creationism dan bukan Darwinian Evolution, mereka akan jadi "isolated sub-groups in our community." Di level state, telah terjadi perbedaan kebijakan: "Under Victorian law, it is not compulsory for private schools to teach evolution, though it is recommended in the curriculum. In NSW evolution is a compulsory part of the syllabus."

Seorang kepala sekolah Kristen dalam berita tsb menyatakan: "We don't hide the fact that there is a theory of evolution, and that's how we'd present it, as a theory... We teach it, explain what it is, and at the same time we present clearly and fairly, and we believe convincingly, the fact that our position as a school is that God created the heaven and earth … There wouldn't be any point of being a faith-based school if we didn't think that God was the creator."

Kasus riil yg sedang terjadi diatas menjadi contoh kotemporer bagaimana perjuangan menebus budaya (redeeming culture) untuk ditundukkan kembali kepada Kristus begitu penting. Banyak sekali orang modern yg tidak menyadari bahwa pendidikan tertiary itu dimulai di abad ke-12 oleh kaum Puritan yang memiliki konfiksi iman yang murni bagi Kristus, bahwa ilmu pengetahuan berkembang pertama kali karena adanya pengakuan bahwa keteraturan alam semesta ini pasti tidak terjadi dengan sendirinya karena jika ada grand design, pasti ada Grand Designer.

Yang juga menarik dari polemik dalam berita koran diatas adalah pendidikan berbasis kepercayaan akan membuat orang cupet pikirannya. Jadi jika mau mencetak generasi yang pikirannya progresif, sikapnya toleran, kontribusinya inklusif, jangan diajari konsep yg dilandasi kepercayaan iman. Lha terus kenapa orang Yahudi bisa paling progresif dalam kemajuan berbagai bidang ilmu? Dan apakah ada yang bisa menjamin bahwa kalau diajarin Darwin dan Teori Evolusinya, mereka akan jadi toleran terhadap orang lain, atau malah menghina orang Kristen yang belajar Creationism? Bukankah orang Kristen yang diajar abstinence before marriage (dan bukan pakai kondom biar aman) seringkali menjadi bahan tertawaan karena dianggap kuno dan kuper?

No comments: