Dari beberapa minggu tema kotbah Nabi Kecil, yaitu Obaja, Yoel, dan Yunus, ada dua pola yang dengan kuat mengemuka:
1. Frase yang bernada sama sebagai berikut: “The word of the Lord that came to Joel”, “The word of the Lord came to Jonah”, dan “The vision of Obadiah, this is what the Sovereign Lord says.” Panggilan Allah datang kepada Obaja, Yoel, dan Yunus dengan jelas. Mereka dipanggil Allah, bukan karena mereka hebat, bahkan dalam kasus Yunus bukan karena ia taat. Panggilan Allah datang karena Ia dalam kedaulatanNya dan anugerahNya berkenan memilih dan memakai kita menggenapi rencanaNya yang sempurna.
2. Panggilan Allah pada Obaja, Yoel, dan Yunus (serta para nabi lainnya) datang di tengah konteks zaman dimana ada sekelompok besar orang yang membenci dan melawan Allah dan umatNya. Ada tantangan zaman yang mendahului panggilan tersebut, ada dosa dan kejahatan yang merajalela seperti wabah. Yang menarik, manusia tidak menganggap semua itu sebagai dosa dan kejahatan. Namun Allah mengganggap itu hal serius, dan Ia membangkitkan para hambaNya untuk mengumandangkan suara kenabian, membawa orang berdosa kembali kepada Allah yang sejati.
Kedua pola diatas tetap berlaku hari ini. Allah yang memanggil Obaja, Yoel, dan Yunus adalah Allah yang sama yang sampai hari ini bekerja di tengah-tengah dunia. Allah yang sama yang membangkitkan para hambaNya di abad ke-21. Tentu panggilan Allah hari ini tidak datang melalui suara dari langit atau lewat mimpi spektakuler, karena sejak Alkitab ditutup dengan kitab Wahyu, maka Allah berbicara kepada kita melalui firmanNya dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Ia menaruh konfiksi yang kuat dalam hati kita ketika kita mau dengan sungguh dengar-dengaran terhadap firmanNya.
Kita hidup di abad posmodern, dimana semakin banyak orang yang me-reposisi-kan Allah YHWH hanya sebagai satu dari sekian banyak pilihan menu spiritual di kafetaria agama dunia. Kita hidup di zaman dimana dosa semakin ganas namun subtle memasuki lorong-lorong hidup kita, baik itu di area seksual, finansial, emosional, dan lain sebagainya.
Hari-hari ini adalah hari yang jahat, kata rasul Paulus kepada jemaat Efesus. Dan kita harus menebusnya. Kita tidak diminta menebus hari sebab hari-hari kita pendek dan singkat. Tetapi kita menebusnya sebab itu jahat. Artinya, semakin jahat zaman dimana kita hidup, semakin besar kesempatan untuk para pria dan wanita untuk kembali kepada Allah. Namun siapakah yang akan siap diutus oleh Allah? Siapakah yang siap taat terhadap panggilanNya? Saudara siapkah?
Mungkin kita merasa tidak sanggup, tidak berpengalaman, tidak mampu. Tetapi jangan lupa, itu juga yang dialami oleh para hamba Allah dari PL sampai PB. Ketika Yohanes Pembaptis disudutkan oleh massa, “Siapakah engkau, apakah engkau Elia, apakah engkau nabi?”, dia tahu bahwa jawaban terhadap pertanyaan tersebut sering membawa fokus pada diri yang ditanya.
Kalau kita ditanya, kita sering menjawab “Aku adalah si Anu, aku punya jabatan dan pengaruh A dan B, sukses dalam hal C dan D, dst.” Dengan jawaban yang fokus pada diri kita sendiri, tidak heran bila kita akhirnya merasa tidak mampu menjalankan panggilan Allah. Tapi Yohanes Pembaptis menjawab bahwa dia hanyalah sebuah suara. Dia tidak lebih seperti corong. Sebuah alat milik Allah. Fokusnya bukan diri sendiri, tapi pada Allah. Allah Pencipta yang berdaulat yang memanggil, mengutus, dan menyertai hambaNya.
No comments:
Post a Comment