Seperti apa model kepemimpinan masa depan sedikit banyak akan ditentukan oleh seperti apa konteks perubahan yang sedang berjalan melintasi kita saat ini.
Ada tiga fenomena dunia masa kini...
1. Intensitas manusia bekerja makin bertambah
Sekitar satu dekade lalu muncul sebuah adagium dalam dunia kerja: “ Work smarter, not harder .” Namun hari ini kenyataannya manusia yang telah “ work smarter ” ternyata tetap harus “ work harder ” dan bahkan “ work longer .” Konsep kerja Senin-Jumat 9 pagi-5 sore tidak lagi relevan; batasan antara kantor dan rumah sudah sangat kabur.
Tidak heran, masalah keseimbangan kerja dan hidup menjadi agenda penting hari ini. Dalam dunia bisnis, elemen terpenting hari ini adalah SPEED. Ide setengah matang yang dilaksanakan hari ini jauh lebih baik daripada ide sangat matang yang baru dikerjakan besok. Karena besok sudah sangat terlambat!
2. Semakin senjangnya manusia dalam berbagai segi.
Aset paling berharga suatu negara bukan lagi aset fisik ataupun finansial, namun kapasitas intelektual dan imajinasi manusia. Seiring dengan pertumbuhan industri-industri yang knowledge-intensive , negara-negara maju seperti AS, Kanada, Australia, Inggris, dan Singapura (yang sangat bergantung kepada migrasi) berlomba-lomba menarik ‘ the brightest minds ' untuk hidup dan bekerja di negara-negara mereka. Akibatnya, terjadilah apa yang disebut brain drain (pengurasan kecerdasan) dari negara-negara berkembang seperti India, Indonesia, dan khususnya negara-negara Afrika.
Salah satu ekses negatifnya: muncul jurang yang lebar antara si kaya dan si miskin. Human Development Report 2005 mencatat bahwa dalam dunia yang ultramodern ini ternyata masih ada 1.200 anak-anak yang meninggal setiap jamnya karena faktor-faktor yang sebenarnya bisa dicegah, seperti penyakit dan kelaparan. Jika kita prihatin dengan tsunami Desember 2004 lalu, yang menewaskan 300.000 orang sekaligus, seharusnya kita lebih prihatin dengan jumlah anak-anak yang meninggal setiap bulannya, yang sesungguhnya sama dengan tiga tsunami sekaligus. Dan itu terjadi setiap bulan! Statistik ini seharusnya membuat kita tidak bisa tidur.
3. Manusia sadar atas kekosongan hidupnya
Sejak peristiwa pemboman 9/11 di AS, masyarakat dunia seakan terbangun dari tidur panjangnya. Mereka sadar, hidup mereka yang sangat kaya materialis ternyata hampa. Kosong, tanpa arti.
Sementara trend terakhir di dunia manajemen adalah manajemen spiritualitas. Baik film-film Hollywood terbaru maupun sinetron-sinetron Indonesia dengan cermat menangkap tren spiritualitas ini. Maka tidaklah aneh jika buku Purpose-Driven Life menjadi buku nonfiksi terlaris sepanjang jaman: 26 juta eksemplar ludes hanya dalam tiga tahun! Ini karena buku PDL menawarkan apa yang dicari orang: Arti Hidup!
Implikasi bagi Pemimpin dan Kepemimpinan Masa Depan
Tentu masih banyak fenomena lain yang akan terjadi di masa depan. Namun, tiga yang disebut di atas punya implikasi-implikasi penting bagi para pemimpin, khususnya pemimpin Kristen. Yang jelas, dalam konteks di atas, tugas dan tanggung jawab pemimpin menjadi semakin kompleks, berat, dan melelahkan.
A. Kepemimpinan yang berwawasan multidimensi, namun satu fokus.
Salah satu kapabilitas utama pemimpin masa depan adalah menemukan inti atau esensi di balik berbagai kejadian, pola, dan kompleksitas sekelilingnya. Mantan CEO HP, Carly Fiorina , menulis, perannya memimpin perusahaan raksasa multinasional mengharuskannya terus-menerus melakukan ‘destilasi' untuk sampai kepada inti semua permasalahan (“ the very heart of things ”). Pemimpin masa depan perspektifnya global, namun bisa mendeteksi esensi dari semua itu dan fokus pada esensi tersebut.
Ia juga mengenali tanda-tanda zaman ( zeitgeist ), dan tahu agenda spesifik yang harus ia lakukan. Salah satu jebakan berbahaya bagi pemimpin, khususnya di Indonesia , adalah mencoba mengerjakan banyak hal sekaligus dalam hidupnya. Sejarah membuktikan bahwa seorang pemimpin dengan satu fokus akan jauh lebih efektif dan berhasil dibanding pemimpin dengan sembilan macam ‘fokus'.
B. Kepemimpinan dengan prinsip yang tegas, namun adaptif pada perubahan.
Pemimpin masa depan memiliki pijakan prinsip yang jelas agar tidak mudah goyah, terpeleset, dan jatuh. Ia otoritatif (karena berprinsip), tapi tidak otoriter (karena tidak menganggap dirinya superman atau superwoman ). Dia tahu titik-titik lemahnya dan tidak bermain-main dengan itu.
Ia adaptif, mudah menyesuaikan diri dalam segala kondisi, dan tahan banting. Kesulitan-kesulitan dilalui bersama Tuhan sebagai pengalaman yang membuatnya kian tegar dan bijak. Ia juga mampu bekerjasama dengan orang lain dari berbagai latar belakang dan karakter, memberi mereka kesempatan berkarya secara solo dan kolektif pada waktu yang tepat.
C. Kepemimpinan yang tahu kapan harus bekerja, dan kapan beristirahat.
Pemimpin masa depan tak terjerat fenomena “ I feel guilty when I relax. ” Ia tahu bahwa lingkaran rutinitas kesehariannya dapat dengan mudah mengaburkan arah dan fokus hidupnya. Hidupnya tidak didikte ataupun diperbudak oleh situasi eksternal, karena ia punya ritme yang teratur antara engagement dan withdrawal .
Ia punya waktu untuk bekerja bagi Tuhan, dan waktu untuk berdiam diri di hadapan Tuhan. Dengan demikian, kepemimpinannya akan tahan lama dan tahan banting. Sumber pengharapannya adalah Allah, yang tetap mengasihi dia, terlepas dari keberhasilan dan kegagalannya sebagai pemimpin.
D. Kepemimpinan yang berserah total kepada Allah, namun juga bekerja lebih giat.
Pemimpin Kristen masa depan menyadari bahwa dibanding dengan pemimpin non-Kristen, ia memiliki sebuah keunggulan: Ia tidak lebih baik atau lebih suci atau lebih dikasihi Tuhan, namun ia mengerti bahwa ia hanyalah manusia berdosa dalam dunia yang berdosa. Segala yang melekat pada dirinya adalah anugerah Allah. Otoritas, tanggung jawab, peran, kemampuan, kuasa, posisi, akses, dan fasilitas kepemimpinan yang ia miliki adalah pemberian Allah.
Kebergantungan total kepada belas kasihan Allah itu krusial bagi pemimpin Kristen, karena dari sanalah ia beroleh keberanian untuk berdiri menjawab tantangan zaman dan mendapat kekuatan untuk bekerja mempengaruhi zaman dengan tetesan keringat, air mata, bahkan darah. Seperti Daud: “ia melayani generasi zamannya seumur hidupnya sesuai kehendak Allah sampai dipanggil pulang kembali kepada Bapa” (Kisah Para Rasul 13:36 ).
Tertarik Lebih Jauh Menelusuri Masa Depan? Kunjungilah situs-situs berikut!
1. Institute of the Future http://future.iftf.org/
2. Center for Global Development http://www.cgdev.org/
3. World Competitiveness Center http://www02.imd.ch/wcc/
4. United Nations Human Development Report http://hdr.undp.org/
5. Fast Company http://www.fastcompany.com/
1 comment:
Excellent post. I used to be checking continuously this blog and I'm impressed! Very useful info particularly the closing part :) I deal with such info a lot. I used to be looking for this particular info for a long time. Thanks and best of luck.
Post a Comment