Setelah umat Israel meminta kepada Allah untuk berubah dari teokrasi menjadi monarki, dan meminta seorang raja (1 Samuel 8), Saul lalu diangkat menjadi raja pertama dari Israel. Setelah Saul, kerajaan beralih ke raja Daud, lalu raja Salomo. Selama 120 tahun kerajaan Israel dipimpin oleh ketiga raja tersebut. Setelah itu kejayaannya mulai sirna.
Bangsa Israel memberontak kepada Allah dan hukum-hukumNya. Tadinya Allah akan memusnahkan seluruh bangsa ini, tetapi Ia sendiri ingat dan setia terhadap janjiNya sendiri kepada Abraham. Janji bahwa seorang Mesias muncul dari keturunan raja Daud. Itu sebabnya umat Israel yang tegar tengkuk tetap disebut sebagai umat perjanjian.
Setelah raja Salomo mati, perang saudara (civil war) antar anak-anak Salomo dan para jendralnya tak dapat dihindari. Pertikaian Rehoboam dan Jeroboam, kedua anak Salomo, berakhir dengan pecahnya kerajaan Israel dengan 12 sukunya menjadi dua bagian. Berikut secara singkat, sejarah mereka.
Kerajaan Selatan (Yudea)
- Dipimpin oleh raja pertama, Rehoboam
- Terdiri dari dua suku, Yudea dan Benyamin
- Bertahan selama tahun 300 tahun dibawah 28 raja, 20 diantaranya melawan Allah
- Penyembahan Baal dan dewa-dewa Kanaan lainnya menjadi bagian penting dalam hidup orang Yudea, yang mendatangkan peringatan dan penghukuman Allah, meski ada beberapa reformasi rohani yang terjadi
- Jatuh ke tangan bangsa Babel tahun 586 BC
Kerajaan Utara (Israel)
- Dipimpin oleh raja pertama, Yeroboam
- Terdiri dari 10 suku Israel
- Bertahan selama 210 tahun dibawah 19 raja yang semuanya melawan dan memberontak pada Allah
- Yeroboam memperkenalkan penyembahan berhala yang sangat mengakar pada kehidupan orang Israel
- Raja Ahab lalu memulai penyembahan dewa Baal selama 30 tahun sebelum dihentikan secara tuntas oleh pelayanan nabi Elia dan Elisa.
- Jatuh ke tangan bangsa Asyur tahun 722 BC
Dalam konteks dua kerajaan inilah, Alkitab mensaksikan melalui pelayanan ke-17 nabi dalam Perjanjian Lama bagaimana Allah begitu mengasihi umatNya yang terus memberontak kepada-Nya. Allah dengan terang-terangkan mencurahkan isi hatinya. Bagai seorang ayah yang ditinggalkan oleh anaknya. Bagai seorang suami yang dikhianati oleh kekasih hatinya. Ia sedih, cemburu, kecewa, marah, terluka, meratap. Ia tak henti-henti berharap dan bertindak agar umat perjanjian dan umat tebusannya kembali kepada-Nya. Dari hidup dan pelayanan para nabi inilah, kita menyelami perasaan hati Allah kita.
Filfuf agnostic Rusia Voltaire dengan nada sinis berkata, ‘Bagaimana mungkin Allah yang maha kuasa dan maha kasih dapat bertoleransi terhadap dunia yang kacau balau ini?’
Jawabannya mencuat dengan kuat dalam kitab para nabi. Yaitu bahwa segala macam permasalahan dunia – perang, kelaparan, kejahatan, kemerosotan moral – disebabkan karena manusia meninggalkan Allah. Kedua, bahwa Allah yang setia adalah Allah yang tetap peduli, tetap berespon, tetap bertindak terhadap umatNya yang Ia kasihi, namun dengan cara dan dalam waktu-Nya sendiri.
Bahwa Allah terus memanggil umat-Nya kembali pada-Nya disampaikan paling kuat barangkali dalam hidup dan nubuat nabi Hosea. Demikian curahan isi hati Allah:
"Masakan Aku membiarkan engkau, hai Efraim, menyerahkan engkau, hai Israel? ... Hati-Ku berbalik dalam diri-Ku, belas kasihan-Ku bangkit serentak" (Hos 11:8)Puji syukur kepada Tuhan! Kasih setiaNya tetap selamanya.
No comments:
Post a Comment