Sep 17, 2006

The World's Best Dad?

Gambar di sebelah ini adalah replika hadiah Father’s Day dari Tiffany, anak saya yang berusia 4 tahun, yang ia buat dengan rekan-rekannya di sekolah. Setiap anak diminta oleh gurunya untuk berpikir keras menyelesaikan kalimat “I love Daddy because . . .”

Jawaban Tiffy: "I love Daddy because he keeps me safe always."
(barangkali karena saya sering memperingatkan dia, 'awas Tif', 'ati-ati Tif', 'jangan Tif, itu bahaya', dan berbagai peringatan yang sejenis)

Seorang mentor saya pernah memberitahu bahwa tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat menggantikan peran saya sbg ayah bagi anak-anak saya (sementara di gereja, di kantor, pasti ada orang lain yang dapat menggantikan). Dulu sering saya berpikir “Tangan saya terikat karena dua anak ini, mau kerja ini dan itu ga bisa!” Perlahan saya menyadari bahwa betapa unik dan berharga pelayanan saya yang satu ini terhadap anak-anak saya.

Saat ini ayah saya sedang terbaring di rumah sakit dalam masa pemulihan setelah menjalani angioplasty. Dengan anugerah Tuhan, surat izin hidupnya di dunia diperbarui. Sebelum prosedur reparasi jantung tersebut dimulai, ia ngotot minta saya datang untuk menemuinya terlebih dahulu di Singapore, kuatir kalau terjadi apa-apa maka itu akan menjadi saat terakhir bertemu dengan saya. Saat kami sekeluarga berdoa bagi dia beberapa saat sebelum masuk ke ruang operasi, saya merasakan butiran air mata yang mengalir di tengah kalimat doa yang saya ucapkan. Tangan kami bergenggam kuat, merangkum tahun-tahun kebersamaan kami yang penuh dengan nostalgia yang manis. Dan Tuhan yang baik mendengar doa tersebut.

Ayah saya bukan ayah yang sempurna. Dia doyan makan. Makanan lezat plus orang-orang yang ia kasihi di meja makan menjadi kebahagiaan tersendiri, sehingga sering ia makan keliwat banyak. Dia merokok karena saat muda, ia pernah kerja di bisnis tobacco dan mesti berperan sebagai Quality Control. Dia tidak pernah cerita Alkitab ke saya; ia menolak percaya Kristus karena ia ingin mengabdi ke ayahnya yang telah lama meninggal dengan bersembayang menurut kepercayaannya (Hanya beberapa tahun lalu ia bertobat).

Namun ada banyak karakternya yang saya serap. Ia seorang yang sabar, lembut, affectionate, dan compassionate (saya belajar karakter-karakter Allah tersebut dari ayah saya). Seumur hidup hanya sekali saya lihat dia marah besar dan serius, meski tidak jarang saya dulu dimarahinya, itupun ia lakukan sambil menangis. Dan saya ingat betapa menyesal saya telah membuat ia sedih pada saat-saat tersebut.

Tiffany dan Calvin, papamu ini bukan, dan tidak akan pernah menjadi, “The World’s Best Dad”, tapi papa akan berusaha sekuat tenaga untuk selalu menjaga kamu, mendidik kamu, dan menolong kamu untuk mengenal intim Papa di Surga.

...di hari ayah ini, mari kita ingat ayah kita masing-masing, dan juga mengingat mereka yang tidak memiliki ayah di dunia karena mereka punya Ayah di Surga yg sempurna

No comments: