Aug 2, 2009

Heaven, Hell, and Ministry (in Bahasa)

Di hadapan Allah dan Kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati, aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu demi penyataan-Nya dan demi Kerajaan-Nya: Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran. Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng. Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu! Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya (2 Tim 4:1-8).

Sesaat sebelum dia dijatuhi hukuman mati, Paulus menuliskan kalimat-kalimat terakhirnya dalam 2 Timotius 4 kepada Timotius dan jemaat Efesus tentang keseriusan menunaikan tugas pelayanan kita. Memulai sebuah pelayanan memang tidak mudah, namun setia dalam pelayanan tersebut sampai pada akhir hidup jauh lebih sulit. Selama 30 tahun melayani Kristus, Paulus mengalami banyak tantangan fisik dan mental. Namun di akhir hidupnya Paulus menjadikan dirinya sebagai teladan bagi Timotius yang masih muda dan pemalu, dan menulis: “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik” (note: yang baik bukan cara Paulus bertanding, tetapi pertandingan yang ia pilih).

Tantangan yang dihadapi Timotius akan sangat berat. Kalau dalam pelayanan Paulus saja, hamba Allah yang diberikan talenta dari Tuhan yang luar biasa, ia ditinggalkan oleh ‘Demas yang mencintai dunia ini’ (4:10) dan “semua mereka yang di daerah Asia Kecil…termasuk Figelus dan Hermogenes” (1:15), betapa mudah bagi Timotius untuk menjadi kecil hati, kecewa, dan putus asa dalam pelayanan? Jika orang-orang yang kita layani adalah orang-orang yg menurut Paulus adalah orang yang ‘mencintai dirinya sendiri …suka menjelekkan orang…berlagak tahu… menentang kebenaran’ (3:2-9), siapa yang akan tahan dalam pelayanan? Apalagi semua pelayan Kristus yang memilih pertandingan yang baik tahu bahwa semakin lama melayani, semakin sulit dan berat.

Tidak heran banyak orang Kristen yang tadinya aktif melayani sekarang (1) melayani ala kadarnya tanpa ada api cinta yang berkobar-kobar bagi Kristus, atau (2) samasekali tidak lagi melayani lalu memilih pertandingan yang lain (fokus di bisnis/keluarga, etc.)

Bagaimana memiliki api motivasi dan persistensi pelayanan yang terus berkobar bagi Kristus?

Pertama, dengan menyadari kengerian neraka. “Kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati (2 Tim 4:1)”. Orang-orang belum percaya yang kita layani hanya mempunyai dua pilihan di akhir hidup mereka: surga atau neraka. Apabila kita dapat membayangkan kengerian spiritual neraka di mana jiwa manusia terpisah dengan Allah secara kekal, kita akan menyadari bahwa kita memikul sebuah konsekuensi besar dalam pelayanan karena implikasinya adalah kekekalan. Pelayanan yang sembarangan (asal jadi) dan kesaksian hidup yang tidak dijaga dapat menjerumuskan orang ke dalam neraka. Atau minimal semakin dekat ke sana!

Kedua, dengan menyadari kemuliaan surga. Paulus berkata “tersedia bagiku mahkota kebenaran… juga kepada semua orang… (2 Tim 4:8)”. Salah satu tafsiran berkata bahwa akan ada tingkatan-tingkatan pahala atau upah di surga, berdasarkan pelayanan kita di dunia. Pahala ini bukan soal materi. Tetapi soal kapasitas kita menikmati Allah.

Semua orang di surga akan bahagia bersama Allah secara maksimal, namun kapasitas maksimal seorang akan berbeda dengan orang lain. Orang yang setia melayani memiliki kapasitas yang lebih besar dibanding orang yang melayani dengan asal-asalan. Yang paling kecil adalah orang yang tidak melayani. Kalau surga adalah adalah sebuah konser klasik, yang paling menikmati konser tersebut adalah orang yang memahami musik klasik. Semakin dalam ia paham, semakin ia menikmatinya. Setiap tetes keringat, air mata, dan darah yang kita cucurkan dalam pelayanan pada Kristus membuat kita semakin kenal Dia.

No comments: